Sunday 13 May 2012

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS

A   PENGERTIAN
      Peradangan yang terjadi pada lumen apendix (gambar)

B.


 
PATHOFISIOLOGI

   
 
Kutipan dari  :   Marie Jaffe R.N  “Pediatric Nursing Care Plans” Page 168
C   MANAJEMEN MEDIK
-          Terapi pembedahan : appendictomy
-          Terapi cairan             : IV cairan dan elektrolit (NaCl)
-          Terapi antibiotik        : Metronidasole atau cefamandole biasanya dosis
                                             Tunggal yang diberikan sebelum pembedahan.
D.  MANAJEMEN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN


DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN

Aktifitas/Istirahat                 : Malaise (rasa sakit/tidak enak badan)
Sirkulasi                                : Takikardi
Eliminasi                               :
Gelaja                                     : Konstipasi pada tahapan awal, kadang-kadang
                                                  diare
Tanda                                     : Distensi abdomen, nyeri tekan/lepas,
                                                  kekakuan, penurunan atau tak ada bising usus
Makanan dan Cairan         :

         Gejala                            : Anoreksia, mual dan muntah

Nyeri/Kenyamanan            :
Gelaja                                : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
                                             umbilikus  yang meningkat berat dan
                                             terlokalissi pada titik Mc. Burney (setengah
                                             jarak antara umbilikus & tulang ileum kanan),
                                             meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau 
                                             napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga
                                             perforasi atau infark pada apendiks). Keluhan
                                             berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas
                                             (sehubungan dengan lokasi apendiks, contoh
                                             retrosekal atau sebelah ureter
Tanda                                : Prilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau
                                             telentang dengan lutut ditekuk : meningkatnya
                                             nyeri pada kuadran kanan bawah karena
                                             posisi ekstensi  kaki kanan/posisi duduk tegak
                                             Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi
                                            Peritoneal
Keamanan                            :
Tanda                                     : Biasanya demam
Pernapasan                          : Takipnea, pernapasan dangkal

Pemeriksaan Diagnostik  :

            Sel darah putih        ; diatas 12.000/mm3 (lekositosis), neutrofil meningkat sampai 75 %

            Urinalisis                   : normal, tetapi eritrosit/leukosist mungkin ada

Foto Abdomen          : Dapat menyatakan adanya pengerasan material
                                  pada apendiks (fekalit)

B   DIAGNOSA KEPERAWATAN


            Sebelum operasi
1.    Nyeri Abdomen b.d Obstruksi dan peradangan apendiks
2.    Potensial kekurangan volume cairan b.d mual, muntah,anoreksia dan diare
3.    Kurang pengetahuan tentang prosedur preop dan post op b.d kurang terpapar terhadap informasi
4.    Resiko tinggi terjadi komplikasi peritonitis b.d perforasi/ruptur apendiks

Sesudah Oprasi
1.    Potensial tidak efektifnya pola napas b.d efek anastesi dan mobilisasi
2.    Nyeri b.d Luka operasi
3.    Kerusakan integritas kulit b.d  luka oprasi
4.    Kurang pengetahuan b.d kurang informasi  tentang perawatan di rumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
5.    Potensial kekurangan cairan dan elektolit b.d demam dan pemasukan cairan yang tidak memadai.



C.  PERENCANAAN dan PELAKSANAAN


Sebelum Operasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Nyeri abdomen b.d obstruksi dan peradangan apendiks
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan mempertahankan kenyamananya selama perawatan
Kriteria Evaluasi :
Dalam 1-2 jam intervensi penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator obyektif, seperti meringis, wajah dan posisi tubuh relaks (tidak ada/menurun)
Intervensi Keperawatan
1     Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada  nyeri) - 10 (nyeri paling buruk). Waspada tentang karakteristik ketidaknyamanan selama tahap-tahap berikut dari apendisitis :
·         Tahap awal : Nyeri abdomen (baik epigastrsik atau umbilikal) yang mungkin tidak jelas atau menyebar: mual dan muntah : demam: sensitifitas diatas area apendiks 
·         Tahap intemediet (akut) : Nyeri berpindah dari epigastrium ke kuadran kanan bawah pada titik Mc Burney dan meningkat dengan berjalan atau batuk. Nyeri  dapat disertai dengan sensasi konstipasi. Anoreksia, malaise, kadang-kadang diare, penurunan peristaltik usus juga terjadi. 
·         Apendisitis akut dengan perforasi : peningkatan nyeri umum: berulangnya muntah, peningkatan kekakuan abdomen.
2.    Jelaskan  penyebab rasa sakit, cara menguranginya
3.    Kolaborasi therapi dengan pemberian antiemetik, sedatif, dan analgesik sesuai program.
4.    Pertahankan pasien puasa sebelum pembedahan untuk memberikan kenyaman pada peristaltik usus : setelah pembedahan, mual muntah biasanya hilang
5.    Ajarkan teknik untuk pernapasan dalam untuk menurunkan  stress dan membantu relaks otot yang tegang.
6.    Bantu posisi pasien untuk kenyaman optimal. Beberapa pasien menemukan kenyamanan pada posisi miring dengan lutut ditekuk, sedangkan yang lain merasa nyerinya hilang apabila telentang dengan bantal dibawah lutut.
7.    Kompres es pada daerah yang sakit untuk mengurangi nyeri
8.    Ciptakan lingkungan yang tenang

DIAGNOSA KEPERAWATAN II

Potensial kekurangan volume cairan b.d mual, muntah, anoreksia dan diare.
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan mempertahan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal selama perawatan
Kriteria Evaluasi
Dalam jangka 1-2 jam intervensi diberikan  dapat lihat tanda sebagai berikut : bibir tidak kering, mukosa membran lembab, turgor kulit baik, tidak kering.
Intervensi Keperawatan
1     Kontrol TV terhadap peningkatan suhu, peningkatan frekwensi nadi, hipotensi tiap 4 jam
2     Puasa makan dan minum
3     Pasang infus dan pipa lambung sesuai program medik
4     Kontrol cairan keluar dan masuk bila urin < 30/jam, laporkan Dokter
5     Jauhka makan-makanan/bau-bauan yang merangsang mual muntah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN III
Kurang pengetahuan tentang prosedur preop dan post op b.d kurang terpapar terhadap informasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan meningkatkan pengetahuanya
Kriteria Evaluasi :
Pasien mengungkapkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan termasuk persiapan preoprasi dan sensasi dan perawatan operasi dan sensasi, dan mendemostrasikan latihan pascaoprasi dan menggunakan alat  sebelum preosedur pembedahan atau pada kedaruratan selama periode pascaoperasi segera.
Intervensi keperawatan    
1.    Kaji pemahaman pasien tentang diagnosis,prosedur bedah,rutinitas praoperasi dan program pasca operasi. Evaluasi tentang hasrat pasien terhadap informasi tentang diagnosis dan prosedur.
2.    Jelaskan tentang diagnosis dan prosedur pembedahan sesuai kebutuhan.
3.    Jelaskan tentang peristiwa  preoperasi :
·         Dimana pasien akan berada sebelum, selama, dan segera setelah operasi.
·         Obat-obatan preoperasi dan waktu pembedahan.
·         Penatalksanaan nyeri, termasuk sensasi yang akan dirasakan.
·         Pemasangan kateter, selang, dan alat pemberian oksigen.
·         Perubahan diet,termasuk puasa.
·         Pembatasan aktifitas dan posisi
·         Perlunya menghindari merokok selama periode perioperasi.
·         Jam kunjungan dan lokasi ruang tunggu.
4.    Jelaskan aktifitas, latihan, dan kewaspadaan pascaoperasi. Izinkan pasien kembali mendemonstrasikan alat dan latihan berikut dengan cepat :
·         Napas dalam dan latihan batuk
·         Penggunaan alat infus PCA
·         Gerakan naik turun dari tempat tidur
5.    Sebelum pasien pulang, ajarkan tentang aktifitas yang yang dilakukan :
Meningkatkan aktifitas secara bertahap, menghindari secara bertahap sesuai toleransi, menghindari mengangkat beban ( > 5 kg ), menghindari mengemudi mobil ( sering selama 4 – 6 mgg )
6.    Berikan waktu pada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan perasaan ansietas : bersikap menenangkan dan mendukung.

DIAGNOSA KEPERAWATAN IV
Potensial terjadi komplikasi peritonitis b.d perforasi/ruptur apendiks
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan bebas dari infeksi (komplikasi)
Kriteria Evaluasi :
Nyeri abdomen tidak bertambah hebat, tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda gelisah, dehidrasi dan akral tidak dingin.
Intervensi keperawatan     :
1.    Observasi tanda-tanda vital
2.    Kontrol secara teratur   tanda-tanda  peritonitis dan laporkan segera bila perlu
3.    Beri makanan dan cairan batasan sesuai  program
4.    Kalau perlu pasang  pipa lambung, infus sesuai program medik
5.    Jangan berikan huknah, klisma atau obat pencahar
6.    Bila tanda dan gejala peritonitis muncul, maka :
-          Puasakan
-          Beri posisi setengah duduk dan tirai baring
-          Pantau efek pembelian obat
-          Beri dukungan pada pasien
-          Beri antibiotik sesuai program medik

Sesudah  Operasi 
DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Potensial kurang efektifnya pola napas b.d  pengaruh anastesi dan mobilisasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan mempertahankan pola napas yang normal selama perawatan
Kriteria Evaluasi :
Bunyi di kedua paru bersih, tidak ada lendir, pernapasan 18 x/menit.
Intervensi keperawatan    

1     Kaji pola, suara, frekuensi pernafasan

2     Bantu pasien dan ajarkan untuk tirah baring, batuk dan napas dalam

3     Beri posisi setengah duduk

4     Mobilisasi dini

DIAGNOSA KEPERAWATAN II
Nyeri b.d Luka pembedahan
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan mempertahankan kenyamananya selama perawatan
Kriteria Evaluasi :
Dalam 1-2 jam intervensi penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator obyektif, seperti tidak meringis, wajah dan posisi tubuh relaks, luka operasi, tidak ada tanda –tanda infeksi
Intervensi Keperawatan
1     Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada  nyeri_ - 10 (nyeri paling buruk). Beri
2     Beri posisi  tidur nyaman
3     Kolaborasi therapi analgesik sesuai program.
4     Ajarkan cara mengulangi nyeri :
-          Napas dalam dan batuk efektif
-          Tidur terlentang, kedua telapak tangan menekan daerah luka operasi dengan bantal kecil
-          Relaksasi
5     Mobilisasi bertahap
6     Lakukan program medik
7     Kompres es pada daerah yang sakit untuk mengurangi nyeri
8     Ciptakan lingkungan yang tenang

DIAGNOSA KEPERAWATAN III
Kerusakan integritas kulit b.d  luka pembedahan 
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan mempertahankan integritas kulit yang normal selama perawatan
Kriteria Evaluasi
Luka insisi sembuh tanpa ada tanda-tanda infeksi
Intervensi Keperawatan
1     Pantau luka pembedahan dari tanda –tanda peradangan : demam, kemerahan, bengkak, dan cairan yang keluar terhadap warna, jumlah dan karakteristik
2     Rawat luka secara steril
3     Beri makanan berkualitas atau dukung pasien  untuk  makan yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan
4     Beri atibiotik sesuai program medik

DIAGNOSA KEPERAWATAN IV
Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan  b.d kurang terpapar terhadap informasi 
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan meningkatkan pengetahuanya tentang perawatan dirumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan. 
Kriteria Evaluasi :
Pasien mengungkapkan pengertianya tentang perawatan di rumah dan tindak lanjutnya..
Intervensi keperawatan    

1     Ajarkan perawatan luka secara bersih dan kering

2     Diskusikan tanda gejala infeksi luka, laporkan pada dokter bila terjadi 

3     Diskusikan tentang diit yang tidak merangsang peristaltik usus dan anjurkan nutrisi yang memadai 

4     Jelaskan kebutuhan latihan dan istirahat yang seimbang  

 5     Berutahukan pasien untuk menghindari latihan fisik  yang berat untuk beberapa minggu.  

6     Kontrol kembali ke dokter sesuai  tanggal yang ditentukan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN V
Potensial kekurangan cairan dan elektrolit b.d demam dan pemasukan cairan yang tidak memadai 
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan mempertahankan cairan dan elektrolit yang seimbang selama perawatan 
Kriteria Evaluasi :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (bibir tidak kering, mukosa membran lembab, tidak sering kehausan, pemasukan cairan mencukupi.
Intervensi keperawatan    
1     Kaji keadaan turgor kulit dan selaput lendir 
2     Observasi tanda-tanda vital 
 3     Catat cairan masuk dan keluar 
4     Beri cairan infus sesuai prgram medik 
5     Beri diit sesuai program medik dan tingkatkan secara bertahap 
6     Jaga pipa lambung yang ada, perhatikan warna cairan, jumlah dan karasteriktik
7     Laksanakan program medik.


D.  EVALUASI
Untuk semua diagnosa sebagai standar evaluasinya adalah dengan berpatokan pada kriteria evaluasi masing-masing diagnosa dengan menggunakan ; S O A P /S O A P I E R

E.   PENDIDIKAN PASIEN-KELUARGA  DAN RENCANA PENULANGAN
Berikan pasien dan orang terdekat informasi verbal dan tertulis mengenai hal berikut :
1.    Obat-obatan, termasuk nama obat, tujuan, dosis, jadwal, kewaspadaan, interaksi obat-obatan dan makanan/obat dan potensial efek samping
2.    Perawatan insisi, termasuk penggantian balutan dan pembatasan mandi bila tepat
3.    Indikator-indikator infeksi : demam, mengigil, nyeri insisi, kemerahan, bengkak dan keluar drainase purulent
4.    Kewaspadaan pasca bedah : menghindari mengangkat objek berat (.>4,5 kg) selama 6 minggu pertama.
5.    Menghindari enema untuk  beberapa minggu pascaoprasi. Waspadakan pasien tentang perlunya memeriksa pada dokter sebelum melakukan enema.


RUJUKAN
Dorothy B. Doughty & Debra Broadwell Jackson (1993) “ Gastrointestinal Disorder” Mosby Clinical Nursing Series
Charlene J. Reeves & Gayle Roux  dkk (1999) “ Medical Surgical Nursing
Monica Ester, SKp (2000) “ Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Gastrointestinal.
Sylvia Anderson Price, dkk (1994) “ Fisiologi –Proses –Proses Penyakit” Edisi 4
Marie Jaffe R.N. M.S “ Pediatric Nursing Care Plans” Skidmore-Roth Publishing, Inc 1001 wall street El Paso, Texas 79915
 
  
Diet rendah serat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GLAUKOMA


Pengertian
            Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).

Patofisiologi
            Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran Aqueus humor dimana  secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor yang merupakan cairan jernih berbahan gelatinosa jernih yang terletak diantara ruang antara lensa dan retina yang mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem.  Tekanan  intra okuler (TIO)  dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
            Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati.  Selanjutnya  menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal
           

Glaukoma dibedakan menjadi ada beberapa macam yaitu:

  1. Glaukoma sudut terbuka /simplek (kronis)
Adalah sebagian besar glaukoma (90% - 95%), yang meliputi kedua belah mata, disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka kejaringan trabekuler.  Sudut bilik depan terbuka normal, pengaliran dihambat karena adanya perubahan degeratif jaringan trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang berdekatan. adanya hambatan aliran AgH tidak secepat produksi, bila berlangsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion, atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul awal biasanya tidak ada kelainan biasanya diketahui dengan adanya peningkatan IOP dan sudut ruang anterior normal seperti: mata terasa berat, pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang , membesarnya titik buta.

  1. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
Adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau terjadinya penyempitan sudut antara iris dan kornea, serangan intermiten, tekanan normal bila sudut terbuka, kedaruratan mata akut
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong kedepan, menempel kejaringan trabekuler dan menghambat humor aquaeos mengalir kesaluran schelemm. Dimana terjadinya penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior, mengakibatkan terjadi penekanan kornea dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar, bilik mata depan menjadi dangkal. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah: nyeri selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmHg, halo disekitar cahaya, headache, mual, muntah, bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea. Bila terjadi penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil dan jika tidak ditangani bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

  1. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhdap kelainan mata systemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.

  1. Glaukoma sekunder
Adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah, trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan sudut tertutup tergantung pada penyebab

I.                   Pengkajian


1.      Riwayat atau adanya faktor risiko:
¯  Riwayat keluarga positif
¯  Umur penderita >40 tahun
¯  Riwayat penyakit mata: tumor mata, hemoragi intraokuler, uveitis
¯  Riwayat operasi mata
¯  Riwayat gangguan pengelihatan
¯  Penggunaan obat-obatan: antihistamin, kortikosteroid

2.      Pemeriksaan fisik
¯  Melaporkan kehilangan pengelihatan perifer lambat
¯  Kaji ketajaman penglihatan snelen chart bila tersedia
¯  Awitan tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai sakit kepala, mual dan muntah
¯  Keluhan-keluhan sinar halo pelangi (bayangan disekitar mata), pengelihatan kabur dan penurunan persepsi sinar.

3.      Pemeriksaan Diagnostik
¯  Tonometri digunakan untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang sering digunakan adalah appalansi yang menggunakan lamp (celah lampu) dimana sebagian kecildaerah kornea diratakan untuk mengimbangi beban alat ukur ysng mengukur tekanan, selain itu ada juga metode langsung yang kurang akurat yang lebih murah, dan mudah adalah schiotz tonometer dengan cara tonometer ditempatkan lansung diatas kornea yang sebelumnya mata terlebih dahulu dianastesi.
¯  Gonioskopi digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk membedakan antara glaukoma sudut tertutut dengan glaukoma sudut terbuka
¯  Oftalmoskopi digunakan untuk melihat gambaran bagain mata secara langsung diskus optik dan struktur mata internal



Penatalaksanaan Medik
¯  Tujuan farmakologik adalah untuk mempertahankan kontraksi pupil agar pengaliran humor aqueous lebih baik dan produksi humor aqueous dapat dikurangi
¯  Pemberian obat diharapkan haruslah sesuai dengan anjuran
¯  Ada beberapa alternatif obat yang diberikan :

§      Pilocarpine
Adalah obat miotik yang dipilih dalam pengobatan glaukoma sudut terbuka yang biasanya diberikan dalam bentuk tetes mata atau dalam bentuk lain tetesan membram (ocusert) yang biasanya diletakkan pada diatas // dibawah konjungtiva diberikan pada malam hari agar efek miotik stabil pada pagi harinya dan efek bertahan sampai seminggu, efek yang muncul biasanya seringkali menurunkan penglihatan selama 1 -2 jam dan dapat menyebabkan spasme mata yang sering pada orang-orang muda
Cont : pilocarpine, carbachol( carbecel) efek ialah merangsang reseptor kolinergik, mengkontraksikan otot-otot iris untuk mengecilkan pupil da n menurukan tahanan terhadap aliran humor aqueous juga mengkontraskan otot-otot ciliary untuk meningkatkan akomodasi.
Kolonerasi inhibitor (miotik)
Physostigmine(eserine), Demecarium bromide(humorsol), isoflurophate(floropryt), echothiopine iodide (phospoline iodede) yang mempunyai efek menghambat penghancuran asetylchloholine yang berefek sebagai kolinergik tidak digunakan pada glaukoma sudut tertutup(meningkatkan tahanan pupil)
§      Agent penghambat beta adrenergik /adrenigic beta bloker
dapat digunakan secara mandiri atau kombinasi dengan obat-obat lainseperti Betaxolol mempunyai keuntungan sedikit efek samping pada pulmonal. Penekanan pada lakrimal selama satu menit dapat mencegah efek sisitemik yang cepat
cont : timolol meleate (timoptic), betaxolol hydrochloride (betoptic), levobunol hydraochloride (betagan) yang berefek memblok impuls-impuls adrenergik (sympathetik) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas.
§      Agen osmotik
Yang biasanya diberikan pada keadaan yang akut yang berat dalam maksud menurunkan IOP dengan menyerap cairan dari mata, bila osmotik oral tidakefektif atau meyebabkan mual, manitol dapat diberikan secara intravenous
Contoh : glicerine, (glycerol, osmoglyn), mannitol (osmitrol), urea (ureaphil, urevert) berefek meningkatkan osmolaritas plasma darah, meningkatkan aliran aqueous humor keplasma
Cat” obat midriatik dan cycloplegik merupakan kontradiksi pada orang dengan glaukoma karena dapat menyebabkan terbatasnya aliran humor aqueous humor.
§      Agen adrenergik
seperti efinephryl borate(eppy), epinephrine hydrochloride (glaucon, epifrin), epinephrine  bitartrate(epitrate,mucocoll), dipivefrin (propine) berefek menurunkan produksi humor aqueous dan meningkatkan aliran aqueous jangan menggunakan untuk glaukoma sudut tertutup
§      carbonik anhydrase inhibitor :
acetazolamide(diamox), ethoxzolamide(cardase), dichlorhenamide(daramide), methazolamide (neptazane) berefek menghambat produksi humor aqueous

¯  terapi pembedahan
terapi pembedahan dilakukan apabila cara konservatif gagal untuk mengatur peningkatan IOP antara lain iridotomy/iredektomy dengan membuang sebagian kecil iris dan membuka saluran antara ruang posterior dan anteriordan biasanya kalau gagal dapat dilakukan trabeculectomy dengan membuat pembukaan antara anterior dan rongga subkojungtiva


II.                Diagnose Keperawatan

1.      Penurunan sensori-persepsi visual s.d. kerusakan serabut syaraf oleh karena peningkatan TIO
2.      Nyeri s.d peningkatan TIO
3.      Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini s.d kurang informasi tentang penyakit glaukoma.
4.      Cemas s.d penurunan pengelihatan aktual.
5.      Potensial injuri s.d penurunan lapang pandang
6.      Ketidakmampuan dalam perawatan diri s.d.penurunan penglihatan

III.             Rencana Keperawatan

Penurunan sensori pengelihatan s.d. kerusakan serabut syaraf karena peningkatan TIO
Ditandai:
Data subyektif:
¯  Menyatakan pengelihatan kabur
¯  Menyatakan adanya sambaran seperti kilat (halo)

Data obyektif:
¯  Visus menurun
¯  TIO meningkat

Kriteria Evaluasi
¯  Klien dapat meneteskan obat dengan benar
¯  Kooperatif dalam tindakan
¯  Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen
¯  Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut


INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji dan catat ketajaman pengelihatan
2.      Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.

¯  Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan:
¯  Orientasikan thd lingkungan.
¯  Letakan alat-alat yang sering dipakai dalam jangkuan pengelihatan klien.
¯  Berikan pencahayaan yang cukup.
¯  Letakan alat-alat ditempat yang tetap.
¯  Berikan bahan-bahan bacaan dengan tulisan yang besar.
¯  Hindari pencahayaan yang menyilaukan.

3.      Gunakan jam yang ada bunyinya.
4.      Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima  klien.
5.      Anjurkan pada alternatif bentuk rangsangan seperti radio. TV.
1.      Menetukan kemampuan visual

2.      Memberikan keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.
3.      Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantung
4.      Meningkatkan rangsangan pada waktu
      kemampuan pengelihatan menurun.

Cemas berhubungan dengan penurunan penglihatan, kurangnya pengetahuan.
Ditandai:
Data subyektif:
  • Menyatakan perasaan takut
  • Sering menanyakan tentang penyakitnya
  • Mengakui kurangnya pemahaman

Data obyektif:
  • Suara gemetar
  • Tampak gugup
  • Nadi meningkat
  • Berkeringat dingin

Kriteria evaluasi
  • Berkurangnya perasaan gugup
  • Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan
  • Posisi tubuh rileks.

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Hati-hati menyampaikan hilangnya pengelihatan secara permanen
2.      Berikan kesempatan klien mengekspresikan tentang kondisinya.
3.      Pertahankan kondisi yang rileks.
4.      Jelaskan tujuan setiap tindakan
5.      Siapakn bel di tempat tidur dan intruksikan klien memberikan tanda bila mohon bantuan.
6.      pertahankan kontrol nyeri yang efektif
1.      Kalau klien belum siap, akan menambah kecemasan.
2.      Pengekspresikan perasaan membantu klien mengidentifikasi sumber cemas.
3.      Rileks dapat menurunkan cemas.
4.      Dengan penjelasan akan memberikan informasi yang jelas.
5.      Dengan memberikan perhatian akan menambah kepercayaan klien.
6.      Nyeri adalah sumber stress


Daftar Pustaka


Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC
                          (2000). Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed. 8.  Jakarta : EGC
Danielle G dan Jane C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC Jakarta
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia Media.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Jakarta.
Sidarata I. (1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta
Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta