Sunday 23 June 2013

Askep Lansia dengan Katarak

 Konsep Teori Lansia
 Batasan Lansia
            Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1)    Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2)    Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3)    Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4)    Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

 Proses Menua
         Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
1)    Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2)    Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3)    Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1)    Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2)    Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3)    Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah,
4)    Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5)    Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1)    Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2)    Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3)    Selalu mengingat kembali masa lalu
4)    Selalu khawatir karena pengangguran,
5)    Kurang ada motivasi,
6)    Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan 
7)    Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

 Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

Teori Proses Menua
1)    Teori – teori biologi
a)    Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
b)    Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c)    Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d)    Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e)    Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f)     Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g)    Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h)   Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2)    Teori kejiwaan sosial
a)    Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b)    Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c)    Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1.    kehilangan peran
2.    hambatan kontak sosial
3.    berkurangnya kontak komitmen
           
 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
         Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2)  Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia
 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1)    Hereditas atau ketuaan genetik
2)    Nutrisi atau makanan
3)    Status kesehatan
4)    Pengalaman hidup
5)    Lingkungan
6)    Stres
Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1)    Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2)    Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a)    Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b)    Kesehatan umum
c)    Tingkat pendidikan
d)    Keturunan (hereditas)
e)    Lingkungan
f)     Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g)    Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h)   Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i)     Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep dir.

3)    Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)

Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu :
1)    Depresi mental
2)    Gangguan pendengaran
3)    Bronkhitis kronis
4)    Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5)    Gangguan pada koksa / sendi pangul
6)    Anemia
7)    Demensia


Konsep Penyakit Katarak

Definisi
            Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996)

Etiologi         
1)    Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2)    Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda – benda radioaktif.
3)    Penyakit mata seperti uveitis.
4)    Penyakit sistemis seperti DM.
5)    Defek kongenital

Patofisiologi
   Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.

Macam – macam Katarak
1)    katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah:
a)    Katarak lamelar atau zonular.
b)    Katarak polaris posterior.
c)    Katarak polaris anterior
d)    Katarak inti (katarak nuklear)
e)    Katarak sutural
2)    Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
3)    Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu:
a)    katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
b)    Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
c)    Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.

                        Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
a)    katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
b)    katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa.
c)    katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d)    katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
4)    Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum.
5)    Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.

 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak
 Pengkajian 
1)    Data Subyektif
a)    Nyeri
b)    Mual
c)    Diaporesis
d)    Riwayat jatuh sebelumnya
e)    Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f)     Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2)    Data obyektif
a)    Perubahan tanda – tanda vital
b)    Respon yang azim terhadap nyeri
c)    Tanda – tanda infeksi:
-          Kemerahan
-          Edema
-          Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)
-          Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
-          Zat purulen
-          Peningaktan suhu tubuh
-          Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.
d)    Ketajaman penglihatan masing – masing mata.
e)    Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
f)     Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
-          kaki kursi, perabot yang rendah
-          Tiang infus
-          Tempat sampah
-          Sandal
g)    Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.

Perumusan Diagnosa Keperawatan
1)    Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh
2)    Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.
3)    Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata.
4)    Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan.

Perencanaan
1)    Nyeri akut
a)    Tujuan: nyeri teratasi
b)    Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi.
c)    Intervensi:
·         Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
·         Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
·         Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut;
-          Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi.
-          Distraksi
-          Latihan relaksasi
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.
·         Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.
Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
·         Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.

2)    Resiko tinggi terhadap infeksi
a)    Tujuan: infeksi tidak terjadi.
b)    Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi.
c)    Intervensi:
·         Tingkatkan penyembuhan luka:
-          Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat.
-          Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan
Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan
·         Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata:
-          Cuci tangan sebelum memulai
-          Pegang alat penetes agak jauh dari mata
-          Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.
Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.
·         Kaji tanda dan gejala infeksi:
-          Kemerahan, edema pada kelopak mata
-          Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)
-          Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
-          Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea dan iris)
-          Peningkatan suhu
-          Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)
Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
·         Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari).
Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.
·         Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan.
Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.

3)    Resiko tinggi terhadap cidera
a)    Tujuan: Cidera tidak terjadi.
b)    Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat.
c)    Intervesi:
·         Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan.
·         Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya.
-          Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.
-          Singkrkan sedotan dari baki.
-          Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna.
Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi.
·         Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.
Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh.
·         Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya.
-          karpet yang tersingkap.
-          Kabel listrik yang terpapar.
-          Perabot yang rendah
-          Binatang peliharaan
-          Tangga
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang.

4)    Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik
a)    Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.
b)    Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana pemulangan.
c)    Intervensi:
·         Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan.
-          Membaca
-          Menonton televisi
-          Memasak
-          Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan
-          Mandi siram atau mandi di bak mandi.
Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya.
·         Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:
-          Berbaring pada sisi yang dioperasi
-          Membungkuk melewati pinggang
-          Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.
-          Mandi
-          Mengedan selama defekasi.
Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien.
·         Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah operasi.
Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi oleh mikroorganisme di udara.
·         Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat – obatan yang diresepkan.
-          Nama, tujuan dan kerja obat.
-          Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)
-          Teknik pemberian
-          Instruksi atau kewaspadaan khusus
Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat.
·         Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan  tanda dan gejala berikut:
-          Kehilangan penglihatan
-          Nyeri pada mata
-          Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya atau mengeras)
-          Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.
Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain.
·         Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan larutan irigasi mata).
Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber mikroorganisme.
·         Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum pulang.
Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi.
·         Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang.
Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan.
Pelaksanaan
   Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien.

Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.