Pendahuluan
Abses hati masih
merupakan masalah kesehatan dan masalah social di negara berkembang termasuk Indonesia .
Prevalensi yang tinggi sangat erat
hubungannya dengan sanitasi lingkungan
yang jelek, status ekonomi ang rendah, serta status gizi yang buruk. Abses hati
amebik lebih sering terjadi secara endemic bila dibandingkan dengan abses hati piogenik, kedua jenis penyakit
inpeksi ini penyebabnya adalah karena
inpeksi bakteri, parasit, dan jamur. Terdapatnya kasus abses hati di perkotaan disebabkan oleh
karena meningkatnya arus urbanisasi ke
daerah perkotaan.
Angka
kejadian di berbagai rumah sakit di
Indonesia masih tinggi 5-15 % pasien pertahun, sedangkan selama lima hari
penulis praktik di ruang irna laki I
RSUD dr Soetomo terdapat tiga
pasien,untuk ituk perlu mendapat perhatian dan perawatan yang serius.
A. Abses Hati Piogenik
Abses hati
piogenik dahulu lebih banyak
terjadi melalui infeksi porta terutama
pada usia remaja, sekunder terhadap
eradanagan apendiksitis , tapi sekarang justru banyak terjadi sekunder
terhadap obstruksi dan infeksi saluran empedu terutama pada kelompok
usia lanjit. Disamping itu peningkatan disebabkan oleh imunosupresi, pemakaian kemoterapi intensip
sehingga mempermudah infeksi oleh organisme opotunistik
Etiologi dan Patogenesis
Abseshati piogenik
dapat terjadi melalui infeksi yang
berasal dari :
1.
V. porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, dapat menyebabkan
pielflebitis porta atau embolik septic
2.
Saluran empedu merupakan sumber infeksi ang paling
sering . Kolangitis septic dapat menybabkan
penyubatan saluran empedu, seperti juga batu empedu, kanker, striktura
saluaran empdu ataupun anomaly saluran empedu congenital.
3.
Infeksi langsung seperti luka penetrasi , focus septic
berdekatan seperti abses perinefrik,
kecelakaan lalu linyas.
4.
Septisemia atau bakteriemia akibat infeksi di tempat
lain
5.
Kriptogenik tanpa factor redisposisi yang jelas ,
terutama pada lanjut usia.
Bakteriologi
Infeksi terutama
disebabkan oleh kuman gram negative dan
penyeba ang terbanyak adalah E. Coli, S.
Faecalliis, P. Vulgaris, salmonella typhi, dapat juga disebabkan oleh bakteri anaerob seperti bakteroides,
aerobakteria, aktinomises dan sterp. Anaerob. Untuk penentuan kuma peneab ang
pasti perlu dilakuka biakan darah, pus,
emprdu dan swab secara aerob maupun
anaerob
Patologi
Abses hati
piogenik dapat mengenai kedua lobus hati
523,2 % dan lobus kanan saja 41, %
sedang lobus kiri saja 4, % dan umumnya multiple. Selain pembenukan abses dapat terjadi peradngan perihepatitis
ataupun perlengketan . Jika disertai pielflebitis, V. porta dan cabangnya dapat mengandung pus dan bekuan darah dan bila pentebaran melalui duktus biliaris
akan terdapat beberapa pokus yang
berhubungan dengan system billier.
Secara
histologis didapatkan nekrosis sentral, dikelilingi infiltrate leukosit dan limfisit yang massif dan sebelah luarnya
terdapat froliferasi fibroplastik yang membentuk dinding jaringan ikat.
B. Amebiasis Hati
Masih
merupakan masalah yang perlu mendapat
perhatian , terutama didaerah yang banyak didapatkan strain virulen Entamoeba histolytica yang tinggi dan dimana keadaan sanitasi burtuk , status
social ekonomi rendah serta status gizi yang kurang baik. Penyakit ini tidak
hanya mengenai daerah tropic atau
sub-tropik saja tapi juga hamper
mengenai seluruh dunia.
Epidemiologi
Hampir
10 % penduduk dunia terutama di negara
berkembamng terinfeksi E. hitolytica,
tapi hanya sepersepuluh (10%) yang
memperlihatkan gejala . Insiden Amebiasis hati
di beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 5-15 pasien
pertahun, sedang selama penulis praktek yang hanya 5 hari saja jumlah penderita yang dirawat 3 kasus.
Individu
yang mudah terinfeksi adalah penduduk didaerah
endemic, wisatawan kedaerah endemis atau para homoseksual. Penelitian epidemiology di Indonesia menunjukkan
perbandingan pri dengan wanit berkisar 3:1 sampai 22 :1, penularan pada um,umnya melalui jalur oral
fekal , kebanyakan amebiasis hati yang terjangkit adalah pria, 2,3 – 8,5 lebih sering dari wanita,
usia yang terjangkit antara 20 – 50
tahun terutama dewasa muda dan sangat jarang pada anak.
Etiologi
Didapatkan beberapa
species ameba yang dapat hidup sebagai
parasit non pathogen dalam mulut dan usus, tetapi hanya E.hitolytica yang dapat menyebabkan penyakit
. Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi
E. hitolytica yang memberi gejala
amebiasis invasive , sehingga diduga ada dua jenis E. histolytica yaitu strain pathogen dan non pathogen .
Bervariasinya virulensi bebbagai strain E hitolytica ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hati.
Siklus
hidup E histolytica dapat dibagi atas
dua bentuk yaitu trofozoit dan kista .
Trofozoit adalah bentuk motil yang biasanya hidup komensal didalam usus , dapat
bermultiplikasi dengan cara membelah
diri menjadi dua atau menjadi kista.
Tumbuh dalam keadaan anaerob dan perlu
hanya bakteri atau jaringan untuk
kebutuhan zat gizinya
Patogenesis
Patogensis
hati belum dapat diketahui secara pasti ada beberapa mekanisme yang telah dikemukakan
antara lain : factor virulensi parasit yang menghasilakn toksin,
ketidakseimbangan nutrisi, factor resistensi parasit, immunosupresi penjamu,
berubah ubahnya antigen permukaan dan penurunan imunitas sel mediated.
Secara singkat dapat dikemukakan 2
mekanisme :
- Strain E. hitolytica ada yang pathogen non pathogen
- Secara genetic dapat menyebabkan invasi tapi tergantung pada interaksi yang komplek antara parasit dengan lingkungan saluran cerna terutama pada flora bakteri.
Mekanisme Terjadinya Amebiasis Hati
- Penempelan
E. histolytica pada mucus usus
- Pengrusakan
sawar intestinal
- Lisis sel
epitel intestinal serta sel radang
. terjadi supresi sel imun med\iated yang disebabkan enzim atau toksin parasit, juga karena
penyakit TBC, malnutrisi dan
keganasan dll.
- Penyebaran
ameba ke hati. Penyebaran kehati sebagian besar melalui v. porta . Terjadi
focus akumulasi neutrofil
periportal yang disertai nekrosis dan infiltrasi granuloma tosa . Lwsi
membesar , bersatu dan granuloma
diganti dengan jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi
kapsul tipis seperti jairang
fibrosa . Amebiasis ini dapat
terjadi berbulan bahkan bertahun
tahun setelah terjadi amebiasis
intestinal dan sekitar 50 %
amebiasis hati terjadi tanpa didahului riwayat disentri amebiasis.
Patologi
Berdasarkan
abses amebiasis hati bervariasi dari yang kecil sampai yang besar (5 lter)
yang isinya berupa bahan nekrotik
seperti keju berwarna kecoklatan ,
kehijauan, kekuningan atau keabuan.
Jumlah abses dapat tunggal atau multiple
tapi pada mumnya tunggal , Shaikh et al 1989 mendaptkan abses tunggal 85 % 2 abses 6 % dan abse multiple 8 %.pada umumnya di lobus kanan. Di
Indonesia didapatkan abses lobus kanan 87-87,5%
, lobus kiri 6,2 – 6,7% sedangkan pada lobus kanan dan kiri 4,3- 6,2%.
Gambaran klinis
Gejala
klinis yangklasik pada ambiases hati
dapat berupa demam, nyeri perutkanan atas, hepatomegali, yang nyei spontan atau nyeri tekan ata disertai gejala komplikasi . kdang gejala
tidak khas da timbul élan pelan atau
asimtomatis.
DASAR DATA PENGKAJIAN KLIEN
Ativitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan,
malaise,
Imsomnia, tida tidur semalaman, merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas berhubungan efek kerja penyakit.
Sirkulasi Tanda: takikardi ( respon dmam,dehidrasi, pross implamasi
dan nyeri)
Tensi
hipotensi, termasuk postural
Kulit membrane
mukosa : turgor jelek, kering,lida pecahpecah dehidrasi, malnutrisi
Integritas ego Gejala: ansietas,
ketakutan emosi kesal mis.perasaan tak berdaya tak ada
Harapan.
Faktor stress akut/kronis mis. Hub dnga keluarga/pkerjaan pngo
Batan
yang mahal.
Tanda
: menolak perhatian menyempit, deprsi
Eliminasi Gejala : tekstur veses bervariasi dari bntuk lunak sampai
bau yang berair
Episode
diare berlendir kadang berdarah tak dapat diperkirakan hilang
Timbul
sering tak dapat dikontrol.
Tanda
: menurunnya bising usus, bab kadang mencret, bak pekat
Makanan/cairan Gejala :
anoreksia, mual muntah, penurunan barat badab, tidak toleran
Trhada
diet/sensitive mis susu, lemak buah segar
Tanda:
penurunanlemak subkutan/masa otot, membrane mukosa pucat
Bahkan
sampai uka, imflamasi ronga mulut.
Hygiene Tanda : ketidakmampuan meprtaankan perawatan diri,
stomatitis mennjuk
Nyeri/kenyamanan Gejala:
Nyeri/Nyeri tekan pada kadran kananatas
Tanda
nyeri tekan ,terdapat pembsaran hepar
Keamanan Gejala: riwaya sakit
disentri, TBC, keganasan dll
Tanda:
alergi terhadap makanan yang banak mengandung lemak
Seksualitas Frekunsi mnurun/menghindri aktivitas sek
Intraksi social masalah hubngan /peran sehubunga dngan
kondisi
Ketidakmampua
akti dalam social
Penyuluhan /pembljaran :
kbersihan lingkngan , daerah endmik
Rencana perawatan dan pemulangan
: bantuan denganprogram diet, program obat dan dukunfan psikologis.
No comments:
Post a Comment