Wednesday, 15 October 2025

Kerajinan Tangan dari Limbah Kayu Industri Mebel Kota Pasuruan


Salah satu tanda bahwa sudah memasuki Kota Pasuruan adalah dengan terlihatnya patung kursi besar di tengah perempatan jalan utama. Patung yang bak monumen itu menandakan kalau kota kecil di Jawa Timur ini punya sentra industri mebel yang patut diperhitungkan. Tidak kalah dengan Jepara, para pencinta furniture berkualitas pasti akan melirik hasil karya para pengrajin lokal Kota Pasuruan. Selain ukirannya yang halus, kualitas kayu yang unggul dan desain yang menarik membuat industri mebel di Kota Santri ini berkembang pesat serta banyak peminat.


Sayangnya industri mebel punya sisi buruk, yaitu melimpahnya limbah kayu. Limbah kayu ini berupa potongan-potongan kayu yang biasa disebut tatalan, dan itu menumpuk tak terpakai. Masyarakat mempunyai kebiasan membakar sisa potongan kayu tersebut. Akhirnya malah mencemari lingkungan karena membuat polusi udara, asap hitam membumbung ke angkasa dan mengeluarkan aroma kurang sedap.


Ada juga yang mau membeli tatalan tersebut. Mereka adalah pembuat lontong dan membeli limbah kayu dengan harga sangat murah. Padahal sebenarnya limbah kayu adalah barang berharga bila bisa mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai jual. Pemikiran inilah yang kemudian membuat Achmad Adias Wijaya mencetus Artdias Gallery. 

 

Dias, sapaan akrabnya, awalnya iseng menonton sebuah tayangan di YouTube pada 2018 silam. Tontonannya tentang seseorang yang tengah membuat mainan dari limbah kayu. Dari sinilah kemudian tercetus ide untuk mencoba, kebetulan juga di sekitar ada banyak limbah kayu pinus dan jati. Daripada dibuang percuma, coba saja dikreasikan dan siapa tahu jadi hal yang berguna.


Awalnya Dias meminta seseorang untuk memotong-motong kayu sesuai pola yang dibuatnya. Sistemnya borongan, ada sekitar 100 potong. Selanjutnya potongan kayu itu diamplas dan dirakit oleh sendiri oleh Dias. Hal ini karena pengerjaan detail butuh ketelitian dan jadinya bisa sesuai keinginan.


Setelah potongan kayu direkatkan menggunakan lem, skrup dan logam, jadilah benda-benda yang menarik mata. Ada mainan edukasi anak hingga diorama yang estetik. Seperti gantungan kunci, mobil-mobilan, truk, pesawat, traktor dan masih banyak lagi. Karena juga dicat, hasilnya cantik sekali.

 
 

Pengolahan limbah kayu ini juga menggunakan paduan aksesoris tambahan yang murah dan didapat dari pasar loak. Dengan demikian modal yang diperlukan terhitung cukup murah. Namun limbah kayu kemudian jadi bernilai jual. Harga jual produk Dias di Ardias Galeri dibanderol mulai harga   5 ribu hingga 700 ribu rupiah tergantung jenis bahan dan proses pembuatannya. 


Sebelumnya Dias menggunakan bahan limbah kayu pinus dan bekas palet untuk kerajinannya. Hal ini karena kayu-kayu ini biasanya sudah diberi obat anti rayap dan diproses pengeringannya pada industri, jadi Dias tinggal mendesain dan memotong saja. Seiring berjalannya waktu, lelaki beranak 2 inipun menggunakan kayu limbah jati bekas dan kayu jati perhutani. Alasannya karena seratnya terlihat menarik. Jadi hasil kreasinya pun semakin memikat pembeli.


Selain hasil kreasinya dipasarkan secara online lewat marketplace dan offline di Artdias Gallery miliknya, Dias juga aktif mengikuti berbagai pameran. Tidak hanya Inacraft, pameran kerajinan tangan dari pengrajin Indonesia dan mancanegara, pada awal tahun 2025 ini Dias berhasil lolos kurasi open booth di Teras Indonesia IKEA Ciputra World Mall, Surabaya. Sebelumnya di 2023, Dias menerima apresiasi atas kontribusinya dalam mengubah limbah menjadi produk berkualitas tinggi serta memberikan dampak positif bagi lingkungan. Ia merupakan peraih SATU Indonesia Awards 2023.


Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards ialah program apresiasi tahunan dari PT Astra International Tbk yang diberikan kepada generasi muda Indonesia. Mereka yang berkontribusi positif di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi bisa ikut seleksi dan menjadi penerima penghargaannnya. Pertama kali diadakan pada tahun 2010, program ini bertujuan memberikan penghargaan, serta mendorong kolaborasi antar penerima penghargaan untuk memperluas dampak sosial mereka. Selain hadiah uang tunai, penerima penghargaan SATU Indonesia Awards juga mendapatkan pembinaan kegiatan dan kesempatan untuk berkolaborasi dengan PT Astra International Tbk.

 

Tidak hanya membuat dan menjual kreasi olahan limbah kayu, Dias juga aktif membuat workshop yang menarik di Kota Pasuruan. Workshop merangkai dan melukis mainan kayu mengundang antusias anak-anak dan orang tua. Dari sini juga bisa meningkatkan bonding antara anak dan orang tua untuk bermain, melatih motorik dan kreativitas. Anak jadi tidak lagi sibuk dengan gadget, tapi bisa bermain dengan mainan kayu dan dibersamai oleh orang tua terkasih.


Kemudian lahirlah Memadaku yang merupakan akronim dari Melukis Mainan dari Kayu. Produk Artdias Gallery ini memiliki komponen kayu yang perlu dirangkai dan paket lukis yang memberikan sentuhan warna-warni cantik pada mainan. Dari produk ini, anak-anak jadi punya pengalaman untuk membuat mainan sendiri. Dibantu oleh orang tua yang merangkai mainan, kemudian dilanjutkan mewarnai oleh anak.

   

Harapan Dias ke depannya akan tumbuh kreativitas lainnya dari limbah kayu yang mudah ditemui di industri mebel Kota Pasuruan. Generasi muda juga mau untuk ikut mengolah dan tidak lagi menyepelekan limbah kayu. Pun jadi lebih kreatif serta melahirkan inovasi lainnya. Selanjutnya perbaikan ekonomi juga didapatkan dengan munculnya lapangan kerja baru dari mengolah limbah kayu.








Sumber informasi:

https://www.instagram.com/artdias_gallery

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/04/amati-tiru-malah-jadi-ide-bisnis-adias-wijaya-sulap-limbah-kayu-jadi-mainan-anak

https://portaljtv.com/news/artdias-gallery-umkm-asal-pasuruan-ciptakan-kerajinan-tangan-dari-limbah-kayu?biro=portal-jtv

https://rri.co.id/umkm/666005/limbah-kayu-jadi-bernilai-di-tangan-warga-pasuruan



#APA2025-KSB









Tuesday, 7 October 2025

Suksesnya Bisnis Olahan Asapan Lele dan Nila Menembus Pasar Eropa

Setiap kali pulang kampung, ada sajian istimewa yang selalu dibuat oleh Ibu. Apalagi kalau bukan sambal. Namun sambal bukan sembarangan sambal, sebab temannya adalah asapan ikan lele dan nila. Rasanya jangan ditanya lagi, sungguh nikmat. 


Bagaimana tidak, aroma asap yang menggugah selera akan terbayar lunas saat menyantap gurihnya daging ikan lele dan nila. Dipadu sambal yang tidak hanya pedas, tapi juga manis asin serta terasinya yang begitu terasa. Sungguh bisa lekas menghabiskan sepiring nasi. Bahkan ingin nambah lagi. 


Beruntung olahan asapan ikan lele dan nila mudah didapat. Terlebih karena kampung halaman kami di Jawa Timur dengan dengan pemasok utama makanan olahan ini. Ya, ada suatu daerah di Kabupaten Malang, tepatnya di Desa Sananrejo Kecamatan Turen yang sukses mengolah ikan lele dan nila. Tidak hanya laris manis di pasaran dalam negeri, olahan asapannya bahkan mampu menembus pasar Eropa. 


Kedua jenis ikan ini memang punya waktu panen yang cukup singkat, sekitar 2 hingga 4 bulan saja. Meski jumlah produksi meningkat, akan tetapi hal itu juga bisa membuat masalah baru dalam pemasarannya. Terlebih jika hasil panen ikan lele dan nila segar tidak maksimal terserap pasar, maka bisa terjadi penurunan nilai jual, bertambahnya biaya perawatan pasca panen, kerugian akibat kematian dan ikan yang membusuk. Karena itu solusinya adalah dengan diawetkan, salah satu caranya dengan pengasapan. 

Sekedar informasi, pengasapan merupakan perpaduan proses pengawetan dengan tehnik penggaraman, penggeringan dan pengasapan itu sendiri. Dengan penggaraman dan pengeringan bisa membunuh dan mencegah timbulnya bakteri pengurai sehingga ikan tidak akan membusuk dan masih layak untuk dikonsumsi. Dilanjutkan dengan pengasapan dimana ada suhu panas dan unsur asap yang dihasilkan dari pembakaran kada yang bisa menambah cita rasanya. Dengan demikian metode pengasapan menimbulkan produk olahan baru dengan nilai ekonomis yang cukup baik di pasaran.


Meski akibat dari proses pengasapan ini membuat sekitar 30% volume ikan lele dan nila mengalami penyusutan, namun tidak menjadi masalah. Sebab ikan yang dipilih merupakan yang punya ukuran besar. Usai proses pengasapan, olahan ikan lele dan nila ini lalu dikemas memakai pengemas vakum untuk mengeluarkan udara pada kemasan sehingga bakteri tidak dapat hidup di dalamnya. Dengan begitu olahan asapan lele dan nila dapag bertahan lama meski tanpa pengawet. 


Proses olahan asapan lele dan nila tidak membutuhkan waktu lama. Sekitar 3-4 jam dari proses pembersihan ikan, perendaman air garam, penirisan hingga pengasapan sampai ikan kering, matang dan berwarna kuning kecoklatan mengkilap. Berbeda dengan proses olahan lainnya yang membutuhkan waktu lebih lama, misalnya dibuat abon yang butuh 5 hingga 6 jam atau kerupuk yang butuh waktu 8 jam termasuk pengeringan. Proses pengasapan dinilai lebih hemat waktu, tenaga, biaya dan nilai jualnya jauh lebih menguntungkan.


Nilai ekonomis dari olahan asapan lele dan nila tentunya tidak lepas dari tangan dingin beberapa pihak. Seperti pemerintah kabupaten Malang melalui Dinas Perikanan yang aktif mendorong pengembangan budidaya ikan secara mandiri oleh masyarakat. Juga dukungan dari PT. Astra International Tbk yang turut memacu tumbuhnya kesadaran berdikari dari masyarakat Kabupaten Malang, khususnya warga Desa Sananrejo Kecamatan Turen. Desa ini merupakan salah satu dari Desa Sejahtera Astra (DSA) yang terkenal akan potensi olahan asapan ikan lele dan nila. 


Desa Sananrejo punya lahan budidaya ikan nila masyarakat dengan total luas sekitar 1.4 hektar dan menghasilkan 5 ribu ton per tahun. Budidaya ikan lele di sana pun produksinya tak kalah, karena tidak membutuhkan banyak air dan lebih mudah proses budidaya. Terlebih air di Kabupaten Malang bagus sehingga ikan yang dihasilkan saat dikonsumsi tidak berbau tanah, jadi lebih disukai konsumen. Itulah mengapa sekitar 25% warga Desa Sananrejo bermatapencaharian sebagai pembudidayaan ikan. 

Dengan pelatihan yang kerap diberikan, warga desa juga mahir mengolah daging ikan menjadi aneka jajanan dan makanan beku. Yang populer ialah olahan asapan ikan lele dan nila. Banyak warga yang sudah merintis usaha olahan ikan dan bahkan membentuk paguyuban sehingga perekonomian warga semakin membaik. Salah satu bukti kesuksesan ini adalah dengan adanya ekspor ke Eropa. 

Pada akhir 2024 lalu, sebanyak 1.500 box LCL dengan berat 260 kg kacang tunggak, ikan nila, ikan lele asap, dan ikan asin telah diekspor ke Belanda oleh PT. Bafain Haridra Indonesia, dari Jl. KH Agus Salim, Betek, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ekspor dengan nilai devisa Rp 2,5 miliar dan nilai kontrak Rp 63,2 miliar ini bahkan juga dilepas oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Budi Santoso. Beliau didampingi oleh Kepala Bea Cukai Malang yakni Gunawan Tri Wibowo, dan Bupati Malang, HM Sanusi. Diketahui bahwa keberhasilan ini ialah hasil kolaborasi dari berbagai lintas kementerian/lembaga/perseroan dalam pembinaan UMKM ekspor. Ada PT. Astra International Tbk melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) yang mendirikan Yayasan Insan Madani Sukses (IMS). DSA itu sendiri merupakan program sosial berkelanjutan dari PT. Astra International Tbk. yang bertujuan memberdayakan masyarakat di pedesaan melalui empat pilar, yaitu: pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan. Dengan tujuan utama memberdayakan masyarakat desa agar bisa mengangkat derajat kesejahteraan yanga caranya adalah mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada.


 Sumber:

Foto https://www.instagram.com/reel/CsqLWBwNKG6/

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/10/07/desa-sananrejo-gerakkan-ekonomi-melalui-ikan-lele-dan-nila-asap-hingga-tembus-pasar-dunia


Informasi:

https://timesindonesia.co.id/ekonomi/546961/produksi-capai-5-ribu-ton-pemkab-malang-bantu-benih-budidaya-ikan-nila

https://timesindonesia.co.id/ekonomi/523317/produksi-ikan-nila-terus-meningkat-kabupaten-malang-jadi-sentra-penghasil https://jatimtimes.com/baca/327813/20241219/082700/mendag-budi-santoso-lepas-ekspor-ikan-nila-asap-dan-kacang-tunggak-kabupaten-malang-ke-belanda https://tugumalang.id/warga-desa-sananrejo-estimasi-panen-105-ton-ikan-nila-di-lahan-seperempat-hektare/


#APA2025-KSB