Monday 27 November 2023

Perjalanan Panjang BRI Hingga Tumbuh Hebat dan Kuat

Bank Rakyat Indonesia atau yang lebih sering disebut BRI merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Bukan saja karena sudah ada di zaman penjajahan, usianya yang sudah 128 tahun rasanya sudah cukup menjadi bukti bahwa BRI begitu dicintai rakyat Indonesia. Selain keberpihakannya pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), berbagai inovasi dan digitalisasi BRI patut diacungi jempol sehingga memudahkan memenuhi kebutuhan kita. Tidak harus ke bank, pelayanan BRI bahkan bisa didapatkan di berbagai teras BRI dan agen BRIlink-nya. Peran BRI untuk Indonesia memang sangat terasa sejak awal berdirinya bank pemerintah ini.


Disebutkan bahwa perintisnya merupakan seorang Patih Banyumas bernama Raden Bei Aria Wijaatmadja. Pada tahun 1894, beliau menghadiri pesta khitanan seorang guru, yang di zaman itu masuk dalam golongan priayi sebab guru adalah pegawai yang bekerja di bawah pemerintah. Karena pestanya dirasa terlalu mewah untuk sekelas priayi yang pendapatannya tak terlalu besar, Raden Aria --sapaan akrabnya-- lalu bertanya pada yang punya hajat dan didapatkan fakta bahwa pesta itu merupakan hasil dari berhutang ke rentenir.


Karena kasihan, Raden Aria meminjamkan uang untuk membantu lunasi hutang sang priayi agar tidak terjerat rentenir. Kebetulan saat itu lelaki yang pandai di keuangan ini sedang mengelola uang kas masjid sebesar 4000 gulden. Beliau pun membantu para priayi lainnya. Niat baik tapi salah caranya ini diketahui oleh Asisten Residen E. Sieburgh, dan melarangnya. Sebab tidak seharusnya uang untuk keperluan masjid malah terpakai untuk lainnya. Namun dari situ lalu tercetuslah ide membuat semacam bank. 


Setahun kemudian yakni di 16 Desember 1895, berdirilah cikal bakal BRI. Namanya Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren yang berarti Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi. Tapi yang boleh meminjam uang di sini hanyalah kaum priayi, dan itupun atas persetujuan kepala desa. Karena itulah masyarakat luas lalu menyebutnya sebagai Bank Priayi.


Di perkembangan selanjutnya, yakni 3 tahun setelah itu, Bank Priayi berganti kepengurusan dan berubah namanya menjadi De Poerwokertosche Hulp, Spaar en Landbouw Credietbank. Ini artinya Bank Bantuan, Simpanan dan Kredit Usaha Tani Purwokerto. Sesuai namanya, bank ini tidak lagi khusus untuk priayi tapi sudah menunjukkan keberpihakannya kepada kaum petani yang merupakan rakyat kecil. Sebutannya menjadi Bank Rakyat.


Selain dijajah Belanda, Indonesia juga pernah ada kependudukan Jepang. Saat itulah Bank Rakyat dikuasai Jepang dan namanya diubah menjadi Syomin Ginko. Syukurlah artinya tetap Bank Rakyat. Nah setelah Jepang menyerah pada sekutu, Bank Rakyat kembali dimiliki Indonesia dan dinamai Bank Rakyat Indonesia.


Tak berhenti di situ, BRI lalu dinasionalisasi pada tahun 1968. Kemudian mengalami rekontruksi pada tahun 1992, dimana berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Inilah BRI yang kita kenal saat ini, BRI yang terus mengembangkan sayapnya untuk Indonesia nan berfokus pada pemberdayaan ekonomi rakyat.

Benar ungkapan BRI dekat di hati rakyat Indonesia sebab bank yang punya Kios BRI di tiap kelurahan ini benar-benar melayani dengan sepenuh hati. Selama lebih dari seabad, BRI tanpa kenal lelah memberikan beragam ide dan dukungan keuangan untuk kemajuan pertumbuhan UMKM. Hal ini sesuai dengan tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti tertuang dalam UU No.19/2003 tentang BUMN yakni berkontribusi mendorong ekonomi nasional dan memberikan tambahan pendapatan negara. BRI yang merupakan salah satu BUMN sudah berkontribusi positif dengan menciptakan lapangan kerja yang caranya adalah mengembangkan UMKM.


Selama 128 tahun dicintai rakyat Indonesia, BRI menjadi bank terbesar di Indonesia dengan aset mencapai Rp1.994,02 triliun. Jumlah nasabahnya yang ada lebih dari 100 juta nasabah juga bisa menikmati aneka layanan BRI yang hebat dan kuat di lebih dari 9000 jaringan kantornya.  Bahkan menyabet penghargaan Sustainable Finance Awards 2023. Ini merupakan penghargaan kepada perusahaan yang berhasil mempertahankan, dan mengembangkan pembiayaan berkelanjutan mereka sepanjang tahun 2022, sebagai bukti BRI mengedepankan penerapan keuangan berkelanjutan.

Sesuai tema di usia 128 tahun yang Hebat dan Kuat, BRI berkomitmen terus mendukung pendanaan dan pendampingan untuk segmen UMKM, serta ultra mikro. Untuk membuka akses pendanaan, BRI bahkan sampai melakukan Holding Ultra Mikro bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Hasilnya ada lebih dari 36 juta nasabah pinjaman dan 162 juta nasabah simpanan mikro yang terintegrasi. Dengan luasnya jangkauan BRI maka mampu memperdalam layanan keuangan formal dan memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan. Semoga dengan begini, ekonomi rakyat Indonesia bisa semakin baik, angka pengangguran berkurang dan kualitas hidup rakyat semakin sejahtera.




Sumber:

https://www.cnbcindonesia.com/news/20230906142804-8-469896/bri-pertegas-komitmen-dukung-umkm-ultra-mikro-di-aipf-2023

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230708170004-293-971101/prestasi-bri-mendunia-sabet-sustainable-finance-awards-2023

https://www.fokusmedia.id/nasional/amp/62110819877/128-tahun-bri-tumbuh-hebat-dan-kuat-dampingi-umkm

https://ekonomi.republika.co.id/berita/s0ik38463/dukung-aipf-2023-bri-ungkap-komitmen-majukan-ekonomi-indonesia-melalui-umkm

Saturday 23 September 2023

Paundra Noorbaskoro sang Penggagas Budidaya Udang Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi


Indonesia merupakan negara maritim dengan perbandingan wilayah 70% berupa lautan dan 30% daratan. Dengan laut yang begitu luas, maka negara kita memiliki potensi yang cukup besar pada bidang kelautan dan perikanan. Tidak hanya memanfaatkan laut, namun sungai, danau dan juga perairan payau pun dimaksimalkan dalam menghasilkan komoditas perikanan. Salah satu komoditas yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah udang.


Menurut penelitian disebutkan bahwa komoditas udang bernilai cukup ekonomis, yakni berkisar 3,6 triliun rupiah setiap tahunnya. Hal ini membuat negara kita masuk dalam urutan tiga besar negara pengekspor udang di pasar dunia, setelah Thailand dan India. Jenis udang ada bermacam-macam. Yang paling banyak diekspor karena lebih mudah dalam membudidayakannya adalah udang vaname.


Mengenal Udang Vaname

Sebagai salah satu bahan pangan hewani, udang punya kandungan gizi yang tinggi. Selain bernilai ekonomi, dalam daging udang terkandung kalsium, potassium dan fosfor yang merupakan sumber vitamin A dan E. Udang juga kaya asam lemak omega 3 yang berfungsi mengurangi peradangan dan risiko penyakit jantung. Itulah mengapa udang menjadi lauk yang begitu digemari masyarakat kita.


Jenis Udang ada banyak sekali. Udang vaname merupakan nama lain dari udang kaki putih atau udang raja. Udang ini bisa hidup di perairan yang kadar garamnya tinggi, punya tingkat keberlangsungan hidup yang tinggi karena mampu beradaptasi dengan lingkungan bersuhu rendah, dan punya ketahanan yang baik terhadap penyakit. Udang vaname sudah bisa dipanen saat berumur kurang lebih tiga bulan. Di Indonesia, udang vaname disebut sebagai pengganti udang windu yang produksinya kini menurun akibat sering mengalami kematian massal sebagai dampak penurunan kualitas lingkungan.

Karena keunggulannya, udang vaname tidak hanya cocok dibudidayakan di tambak namun juga dapat dikembangkan dalam skala rumah tangga. Pembudidayaan udang vaname sangat menjanjikan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pembudidayaan udang vaname skala rumah tangga dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan sisa lahan pekarangan menjadi kolam udang dari terpal. Dengan begitu, budidaya udang vaname bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.


Penggagas Budidaya Udang Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi

Adalah Paundra Noor Baskoro yang merupakan salah satu pembudidaya udang di kawasan Pantai Pidakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Tidak sekedar skala rumah tangga biasa, sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang ini bahkan menggagas budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi. Ia berhasil membudidayakan udang vaname dengan memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT). Dengan kreatifitasnya, peluang mendapatkan keuntungan jadi lebih besar dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Paundra juga menciptakan sistem bertambak miliknya yang dibakukan sebagai standar operasional prosedur (SOP). Jadi dengan memakai SOP ini maka bisa mengontrol kondisi tambak dan air dengan baik secara real time. Dibuktikan pula bahwa dengan pengelolaan tambak menggunakan sistem buatannya membuat hasil panen udang vaname begitu melimpah. Tidak hanya soal keuntungan materiil, sensor kualitas air laut untuk petani udang juga tidak luput dari perhatiannya.


Awalnya Paundra dikenal sebagai pencetus startup Growpal yang merupakan platform digital untuk crowdfunding atau crowdsourcing (urunan dana) dengan fokus bisnis produk perikanan, terutama udang. Lewat startup yang dikembangkan pada akhir 2016 ini, pemilik modal dapat berinteraksi dengan pemilik lahan, petambak, dan juga pembeli hasil panennya.  Hal ini tentu jadi jauh lebih efisien dibandingkan harus datang ke lokasi untuk survei dan menanamkan modal di bidang perikanan. Ternyata disamping projek tersebut, Paundra pun melakukan riset tambak udangdikarenakan warga sekitar rumahnya yang kebanyakan merupakan petani udang dan berujung membuahkan kreativitas seperti sekarang ini.


Sayangnya pada 2020, startup yang dibangun Paundra berhenti beroperasi karena rugi milyaran rupiah. Tak mau terus bersedih, Paundra termotivasi untuk bangkit dan menggeluti budidaya udang vaname. Ia terjun langsung menjadi petani tambak udang vaname dan memanfaatkan kolam yang ada. Secara bertahap Paundra mempelajari bertambak udang secara holistis berbekal ilmu yang dipelajarinya saat duduk di bangku kuliah.


Tidak hanya masalah racikan pakan yang kemudian menjadi SOP besutannya, Paundra juga melakukan riset air. Satu per satu air ditelitinya demi menemukan kandungan penyebab air tidak sehat bagi perkembangan hidup udang. Kualitas air tentu sangat penting. Bila kualitas air menurun maka berdampak langsung pada kesehatan udang. Jadi masalah ini harus segera ditangani.


Tentu saja risetnya ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan memakan waktu yang tidak sebentar. Hingga kemudian Paundra berhasil membangun ekosistem berbasis IoT. Melalui gadget, dibuatlah aplikasi yang terhubung dengan data-data kondisi air kolam. Tercetuslah budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi.


Melalui aplikasi buatannya, Paundra jadi bisa mengetahui perkembangan dan kesehatan udang di dalam kolam. Dengan pendataan yang rajin dilakukan maka berat udang bisa diketahui tanpa harus memanennya. Ini lebih praktis. Karena semua perawatan udang vaname lebih terencana, pun begitu ada masalah langsung ada solusinya.

Karena bisa lebih hemat dalam sisi operasional karena semua pakan dan hasil terhitung secara matematis dalam aplikasi, maka tidak heran keuntungan yang melimpah didapat. Gagasan Paundra juga disebut sebagai pendobrak tradisi lama yang biasa dilakukan para petambak tradisional. Sebab dalam tradisi lama, para petambak hanya mengandalkan intuisi untuk membudidayakan udang, seperti saat memberi pakan dan cek kondisi air. Hingga kemudian saat gagal panen, maka dianggap sebagai musibah dan belum rezeki. Hal ini tentu sangat merugikan petani tambak udang.


Paundra menyebutkan bahwa gagasannya ini ramah lingkungan karena ada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dibuatnya. Instalasi ini adalah system smart farm village dimana kolam udang terintegrasi dengan sistem IPAL, sehingga bisa mengontrol kandungan limbah supaya tidak mencemari laut. Setelah masuk ke IPAL, air limbah kolam udang lalu diendapkan selama 3 hari, di-treatment memakai bakteri pengurai hingga kemudian limbahnya bisa dilepaskan ke laut saat kandungan amonia kurang dari 0,1 ppm.


Bila langsung membuang limbah ke laut tanpa pengelolaan seperti yang dilakukan Paundra maka laut akan tercemar. Hal ini menimbulkan dampak pada keberlangsungan tambak, karena air yang akan digunakan untuk budidaya jadi tidak sehat. Tentu saja ini berakibat pada kesehatan udang dan bisa menyebabkan gagal panen. Karenanya Paundra gencar mengkampanyekan agar para petambak udang di wilayahnya membangun IPAL sebagai pengelola limbah sebelum dibuang ke laut agar budidaya udang bisa berkelanjutan.


SATU Indonesia Award

Usaha berkelanjutan Paundra tidak sia-sia. Atas inovasi budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi, Paundra mendapat apresiasi dari PT Astra International Tbk. Ia menjadi salah satu finalis SATU Indonesia Awards 2022 di sektor teknologi. Selain itu, ajang 13th SATU Indonesia Awards 2022 juga memberikan apresiasi bagi mereka yang berkontribusi positif bagi bangsa dan masyarakat dalam bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, serta satu kategori kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.


Keenam penerima apresiasi dari PT Astra International Tbk merupakan hasil penyaringan dari total 13.459 peserta yang mendaftar 13th SATU Indonesia Awards 2022. Diharapkan melalui SATU Indonesia Awards, generasi muda terus semangat bergerak dan tumbuh bersama dalam memberikan dampak positif pada pembangunan di daerahnya. Terlebih pemuda pemudi Indonesia memegang peranan penting dalam mempercepat pembangunan negara ini.


Sumber:

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/09/09/paundra-noor-baskoro-penggagas-teknologi-sensor-kualitas-air

https://www.indonesiana.id/read/165227/pengembangan-tambak-udang-dengan-internet-of-things-ala-paundra-baskoro

https://jatim.solopos.com/kisah-paundra-rintis-budidaya-udang-berbasis-iot-lebih-cuan-ramah-lingkungan-1512408/amp