Saturday 23 September 2023

Paundra Noorbaskoro sang Penggagas Budidaya Udang Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi


Indonesia merupakan negara maritim dengan perbandingan wilayah 70% berupa lautan dan 30% daratan. Dengan laut yang begitu luas, maka negara kita memiliki potensi yang cukup besar pada bidang kelautan dan perikanan. Tidak hanya memanfaatkan laut, namun sungai, danau dan juga perairan payau pun dimaksimalkan dalam menghasilkan komoditas perikanan. Salah satu komoditas yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah udang.


Menurut penelitian disebutkan bahwa komoditas udang bernilai cukup ekonomis, yakni berkisar 3,6 triliun rupiah setiap tahunnya. Hal ini membuat negara kita masuk dalam urutan tiga besar negara pengekspor udang di pasar dunia, setelah Thailand dan India. Jenis udang ada bermacam-macam. Yang paling banyak diekspor karena lebih mudah dalam membudidayakannya adalah udang vaname.


Mengenal Udang Vaname

Sebagai salah satu bahan pangan hewani, udang punya kandungan gizi yang tinggi. Selain bernilai ekonomi, dalam daging udang terkandung kalsium, potassium dan fosfor yang merupakan sumber vitamin A dan E. Udang juga kaya asam lemak omega 3 yang berfungsi mengurangi peradangan dan risiko penyakit jantung. Itulah mengapa udang menjadi lauk yang begitu digemari masyarakat kita.


Jenis Udang ada banyak sekali. Udang vaname merupakan nama lain dari udang kaki putih atau udang raja. Udang ini bisa hidup di perairan yang kadar garamnya tinggi, punya tingkat keberlangsungan hidup yang tinggi karena mampu beradaptasi dengan lingkungan bersuhu rendah, dan punya ketahanan yang baik terhadap penyakit. Udang vaname sudah bisa dipanen saat berumur kurang lebih tiga bulan. Di Indonesia, udang vaname disebut sebagai pengganti udang windu yang produksinya kini menurun akibat sering mengalami kematian massal sebagai dampak penurunan kualitas lingkungan.

Karena keunggulannya, udang vaname tidak hanya cocok dibudidayakan di tambak namun juga dapat dikembangkan dalam skala rumah tangga. Pembudidayaan udang vaname sangat menjanjikan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pembudidayaan udang vaname skala rumah tangga dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan sisa lahan pekarangan menjadi kolam udang dari terpal. Dengan begitu, budidaya udang vaname bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.


Penggagas Budidaya Udang Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi

Adalah Paundra Noor Baskoro yang merupakan salah satu pembudidaya udang di kawasan Pantai Pidakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Tidak sekedar skala rumah tangga biasa, sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang ini bahkan menggagas budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi. Ia berhasil membudidayakan udang vaname dengan memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT). Dengan kreatifitasnya, peluang mendapatkan keuntungan jadi lebih besar dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Paundra juga menciptakan sistem bertambak miliknya yang dibakukan sebagai standar operasional prosedur (SOP). Jadi dengan memakai SOP ini maka bisa mengontrol kondisi tambak dan air dengan baik secara real time. Dibuktikan pula bahwa dengan pengelolaan tambak menggunakan sistem buatannya membuat hasil panen udang vaname begitu melimpah. Tidak hanya soal keuntungan materiil, sensor kualitas air laut untuk petani udang juga tidak luput dari perhatiannya.


Awalnya Paundra dikenal sebagai pencetus startup Growpal yang merupakan platform digital untuk crowdfunding atau crowdsourcing (urunan dana) dengan fokus bisnis produk perikanan, terutama udang. Lewat startup yang dikembangkan pada akhir 2016 ini, pemilik modal dapat berinteraksi dengan pemilik lahan, petambak, dan juga pembeli hasil panennya.  Hal ini tentu jadi jauh lebih efisien dibandingkan harus datang ke lokasi untuk survei dan menanamkan modal di bidang perikanan. Ternyata disamping projek tersebut, Paundra pun melakukan riset tambak udangdikarenakan warga sekitar rumahnya yang kebanyakan merupakan petani udang dan berujung membuahkan kreativitas seperti sekarang ini.


Sayangnya pada 2020, startup yang dibangun Paundra berhenti beroperasi karena rugi milyaran rupiah. Tak mau terus bersedih, Paundra termotivasi untuk bangkit dan menggeluti budidaya udang vaname. Ia terjun langsung menjadi petani tambak udang vaname dan memanfaatkan kolam yang ada. Secara bertahap Paundra mempelajari bertambak udang secara holistis berbekal ilmu yang dipelajarinya saat duduk di bangku kuliah.


Tidak hanya masalah racikan pakan yang kemudian menjadi SOP besutannya, Paundra juga melakukan riset air. Satu per satu air ditelitinya demi menemukan kandungan penyebab air tidak sehat bagi perkembangan hidup udang. Kualitas air tentu sangat penting. Bila kualitas air menurun maka berdampak langsung pada kesehatan udang. Jadi masalah ini harus segera ditangani.


Tentu saja risetnya ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan memakan waktu yang tidak sebentar. Hingga kemudian Paundra berhasil membangun ekosistem berbasis IoT. Melalui gadget, dibuatlah aplikasi yang terhubung dengan data-data kondisi air kolam. Tercetuslah budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi.


Melalui aplikasi buatannya, Paundra jadi bisa mengetahui perkembangan dan kesehatan udang di dalam kolam. Dengan pendataan yang rajin dilakukan maka berat udang bisa diketahui tanpa harus memanennya. Ini lebih praktis. Karena semua perawatan udang vaname lebih terencana, pun begitu ada masalah langsung ada solusinya.

Karena bisa lebih hemat dalam sisi operasional karena semua pakan dan hasil terhitung secara matematis dalam aplikasi, maka tidak heran keuntungan yang melimpah didapat. Gagasan Paundra juga disebut sebagai pendobrak tradisi lama yang biasa dilakukan para petambak tradisional. Sebab dalam tradisi lama, para petambak hanya mengandalkan intuisi untuk membudidayakan udang, seperti saat memberi pakan dan cek kondisi air. Hingga kemudian saat gagal panen, maka dianggap sebagai musibah dan belum rezeki. Hal ini tentu sangat merugikan petani tambak udang.


Paundra menyebutkan bahwa gagasannya ini ramah lingkungan karena ada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dibuatnya. Instalasi ini adalah system smart farm village dimana kolam udang terintegrasi dengan sistem IPAL, sehingga bisa mengontrol kandungan limbah supaya tidak mencemari laut. Setelah masuk ke IPAL, air limbah kolam udang lalu diendapkan selama 3 hari, di-treatment memakai bakteri pengurai hingga kemudian limbahnya bisa dilepaskan ke laut saat kandungan amonia kurang dari 0,1 ppm.


Bila langsung membuang limbah ke laut tanpa pengelolaan seperti yang dilakukan Paundra maka laut akan tercemar. Hal ini menimbulkan dampak pada keberlangsungan tambak, karena air yang akan digunakan untuk budidaya jadi tidak sehat. Tentu saja ini berakibat pada kesehatan udang dan bisa menyebabkan gagal panen. Karenanya Paundra gencar mengkampanyekan agar para petambak udang di wilayahnya membangun IPAL sebagai pengelola limbah sebelum dibuang ke laut agar budidaya udang bisa berkelanjutan.


SATU Indonesia Award

Usaha berkelanjutan Paundra tidak sia-sia. Atas inovasi budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi, Paundra mendapat apresiasi dari PT Astra International Tbk. Ia menjadi salah satu finalis SATU Indonesia Awards 2022 di sektor teknologi. Selain itu, ajang 13th SATU Indonesia Awards 2022 juga memberikan apresiasi bagi mereka yang berkontribusi positif bagi bangsa dan masyarakat dalam bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, serta satu kategori kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.


Keenam penerima apresiasi dari PT Astra International Tbk merupakan hasil penyaringan dari total 13.459 peserta yang mendaftar 13th SATU Indonesia Awards 2022. Diharapkan melalui SATU Indonesia Awards, generasi muda terus semangat bergerak dan tumbuh bersama dalam memberikan dampak positif pada pembangunan di daerahnya. Terlebih pemuda pemudi Indonesia memegang peranan penting dalam mempercepat pembangunan negara ini.


Sumber:

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/09/09/paundra-noor-baskoro-penggagas-teknologi-sensor-kualitas-air

https://www.indonesiana.id/read/165227/pengembangan-tambak-udang-dengan-internet-of-things-ala-paundra-baskoro

https://jatim.solopos.com/kisah-paundra-rintis-budidaya-udang-berbasis-iot-lebih-cuan-ramah-lingkungan-1512408/amp