Wednesday, 15 October 2025

Kerajinan Tangan dari Limbah Kayu Industri Mebel Kota Pasuruan


Salah satu tanda bahwa sudah memasuki Kota Pasuruan adalah dengan terlihatnya patung kursi besar di tengah perempatan jalan utama. Patung yang bak monumen itu menandakan kalau kota kecil di Jawa Timur ini punya sentra industri mebel yang patut diperhitungkan. Tidak kalah dengan Jepara, para pencinta furniture berkualitas pasti akan melirik hasil karya para pengrajin lokal Kota Pasuruan. Selain ukirannya yang halus, kualitas kayu yang unggul dan desain yang menarik membuat industri mebel di Kota Santri ini berkembang pesat serta banyak peminat.


Sayangnya industri mebel punya sisi buruk, yaitu melimpahnya limbah kayu. Limbah kayu ini berupa potongan-potongan kayu yang biasa disebut tatalan, dan itu menumpuk tak terpakai. Masyarakat mempunyai kebiasan membakar sisa potongan kayu tersebut. Akhirnya malah mencemari lingkungan karena membuat polusi udara, asap hitam membumbung ke angkasa dan mengeluarkan aroma kurang sedap.


Ada juga yang mau membeli tatalan tersebut. Mereka adalah pembuat lontong dan membeli limbah kayu dengan harga sangat murah. Padahal sebenarnya limbah kayu adalah barang berharga bila bisa mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai jual. Pemikiran inilah yang kemudian membuat Achmad Adias Wijaya mencetus Artdias Gallery. 

 

Dias, sapaan akrabnya, awalnya iseng menonton sebuah tayangan di YouTube pada 2018 silam. Tontonannya tentang seseorang yang tengah membuat mainan dari limbah kayu. Dari sinilah kemudian tercetus ide untuk mencoba, kebetulan juga di sekitar ada banyak limbah kayu pinus dan jati. Daripada dibuang percuma, coba saja dikreasikan dan siapa tahu jadi hal yang berguna.


Awalnya Dias meminta seseorang untuk memotong-motong kayu sesuai pola yang dibuatnya. Sistemnya borongan, ada sekitar 100 potong. Selanjutnya potongan kayu itu diamplas dan dirakit oleh sendiri oleh Dias. Hal ini karena pengerjaan detail butuh ketelitian dan jadinya bisa sesuai keinginan.


Setelah potongan kayu direkatkan menggunakan lem, skrup dan logam, jadilah benda-benda yang menarik mata. Ada mainan edukasi anak hingga diorama yang estetik. Seperti gantungan kunci, mobil-mobilan, truk, pesawat, traktor dan masih banyak lagi. Karena juga dicat, hasilnya cantik sekali.

 
 

Pengolahan limbah kayu ini juga menggunakan paduan aksesoris tambahan yang murah dan didapat dari pasar loak. Dengan demikian modal yang diperlukan terhitung cukup murah. Namun limbah kayu kemudian jadi bernilai jual. Harga jual produk Dias di Ardias Galeri dibanderol mulai harga   5 ribu hingga 700 ribu rupiah tergantung jenis bahan dan proses pembuatannya. 


Sebelumnya Dias menggunakan bahan limbah kayu pinus dan bekas palet untuk kerajinannya. Hal ini karena kayu-kayu ini biasanya sudah diberi obat anti rayap dan diproses pengeringannya pada industri, jadi Dias tinggal mendesain dan memotong saja. Seiring berjalannya waktu, lelaki beranak 2 inipun menggunakan kayu limbah jati bekas dan kayu jati perhutani. Alasannya karena seratnya terlihat menarik. Jadi hasil kreasinya pun semakin memikat pembeli.


Selain hasil kreasinya dipasarkan secara online lewat marketplace dan offline di Artdias Gallery miliknya, Dias juga aktif mengikuti berbagai pameran. Tidak hanya Inacraft, pameran kerajinan tangan dari pengrajin Indonesia dan mancanegara, pada awal tahun 2025 ini Dias berhasil lolos kurasi open booth di Teras Indonesia IKEA Ciputra World Mall, Surabaya. Sebelumnya di 2023, Dias menerima apresiasi atas kontribusinya dalam mengubah limbah menjadi produk berkualitas tinggi serta memberikan dampak positif bagi lingkungan. Ia merupakan peraih SATU Indonesia Awards 2023.


Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards ialah program apresiasi tahunan dari PT Astra International Tbk yang diberikan kepada generasi muda Indonesia. Mereka yang berkontribusi positif di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi bisa ikut seleksi dan menjadi penerima penghargaannnya. Pertama kali diadakan pada tahun 2010, program ini bertujuan memberikan penghargaan, serta mendorong kolaborasi antar penerima penghargaan untuk memperluas dampak sosial mereka. Selain hadiah uang tunai, penerima penghargaan SATU Indonesia Awards juga mendapatkan pembinaan kegiatan dan kesempatan untuk berkolaborasi dengan PT Astra International Tbk.

 

Tidak hanya membuat dan menjual kreasi olahan limbah kayu, Dias juga aktif membuat workshop yang menarik di Kota Pasuruan. Workshop merangkai dan melukis mainan kayu mengundang antusias anak-anak dan orang tua. Dari sini juga bisa meningkatkan bonding antara anak dan orang tua untuk bermain, melatih motorik dan kreativitas. Anak jadi tidak lagi sibuk dengan gadget, tapi bisa bermain dengan mainan kayu dan dibersamai oleh orang tua terkasih.


Kemudian lahirlah Memadaku yang merupakan akronim dari Melukis Mainan dari Kayu. Produk Artdias Gallery ini memiliki komponen kayu yang perlu dirangkai dan paket lukis yang memberikan sentuhan warna-warni cantik pada mainan. Dari produk ini, anak-anak jadi punya pengalaman untuk membuat mainan sendiri. Dibantu oleh orang tua yang merangkai mainan, kemudian dilanjutkan mewarnai oleh anak.

   

Harapan Dias ke depannya akan tumbuh kreativitas lainnya dari limbah kayu yang mudah ditemui di industri mebel Kota Pasuruan. Generasi muda juga mau untuk ikut mengolah dan tidak lagi menyepelekan limbah kayu. Pun jadi lebih kreatif serta melahirkan inovasi lainnya. Selanjutnya perbaikan ekonomi juga didapatkan dengan munculnya lapangan kerja baru dari mengolah limbah kayu.








Sumber informasi:

https://www.instagram.com/artdias_gallery

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/04/amati-tiru-malah-jadi-ide-bisnis-adias-wijaya-sulap-limbah-kayu-jadi-mainan-anak

https://portaljtv.com/news/artdias-gallery-umkm-asal-pasuruan-ciptakan-kerajinan-tangan-dari-limbah-kayu?biro=portal-jtv

https://rri.co.id/umkm/666005/limbah-kayu-jadi-bernilai-di-tangan-warga-pasuruan



#APA2025-KSB









Tuesday, 7 October 2025

Suksesnya Bisnis Olahan Asapan Lele dan Nila Menembus Pasar Eropa

Setiap kali pulang kampung, ada sajian istimewa yang selalu dibuat oleh Ibu. Apalagi kalau bukan sambal. Namun sambal bukan sembarangan sambal, sebab temannya adalah asapan ikan lele dan nila. Rasanya jangan ditanya lagi, sungguh nikmat. 


Bagaimana tidak, aroma asap yang menggugah selera akan terbayar lunas saat menyantap gurihnya daging ikan lele dan nila. Dipadu sambal yang tidak hanya pedas, tapi juga manis asin serta terasinya yang begitu terasa. Sungguh bisa lekas menghabiskan sepiring nasi. Bahkan ingin nambah lagi. 


Beruntung olahan asapan ikan lele dan nila mudah didapat. Terlebih karena kampung halaman kami di Jawa Timur dengan dengan pemasok utama makanan olahan ini. Ya, ada suatu daerah di Kabupaten Malang, tepatnya di Desa Sananrejo Kecamatan Turen yang sukses mengolah ikan lele dan nila. Tidak hanya laris manis di pasaran dalam negeri, olahan asapannya bahkan mampu menembus pasar Eropa. 


Kedua jenis ikan ini memang punya waktu panen yang cukup singkat, sekitar 2 hingga 4 bulan saja. Meski jumlah produksi meningkat, akan tetapi hal itu juga bisa membuat masalah baru dalam pemasarannya. Terlebih jika hasil panen ikan lele dan nila segar tidak maksimal terserap pasar, maka bisa terjadi penurunan nilai jual, bertambahnya biaya perawatan pasca panen, kerugian akibat kematian dan ikan yang membusuk. Karena itu solusinya adalah dengan diawetkan, salah satu caranya dengan pengasapan. 

Sekedar informasi, pengasapan merupakan perpaduan proses pengawetan dengan tehnik penggaraman, penggeringan dan pengasapan itu sendiri. Dengan penggaraman dan pengeringan bisa membunuh dan mencegah timbulnya bakteri pengurai sehingga ikan tidak akan membusuk dan masih layak untuk dikonsumsi. Dilanjutkan dengan pengasapan dimana ada suhu panas dan unsur asap yang dihasilkan dari pembakaran kada yang bisa menambah cita rasanya. Dengan demikian metode pengasapan menimbulkan produk olahan baru dengan nilai ekonomis yang cukup baik di pasaran.


Meski akibat dari proses pengasapan ini membuat sekitar 30% volume ikan lele dan nila mengalami penyusutan, namun tidak menjadi masalah. Sebab ikan yang dipilih merupakan yang punya ukuran besar. Usai proses pengasapan, olahan ikan lele dan nila ini lalu dikemas memakai pengemas vakum untuk mengeluarkan udara pada kemasan sehingga bakteri tidak dapat hidup di dalamnya. Dengan begitu olahan asapan lele dan nila dapag bertahan lama meski tanpa pengawet. 


Proses olahan asapan lele dan nila tidak membutuhkan waktu lama. Sekitar 3-4 jam dari proses pembersihan ikan, perendaman air garam, penirisan hingga pengasapan sampai ikan kering, matang dan berwarna kuning kecoklatan mengkilap. Berbeda dengan proses olahan lainnya yang membutuhkan waktu lebih lama, misalnya dibuat abon yang butuh 5 hingga 6 jam atau kerupuk yang butuh waktu 8 jam termasuk pengeringan. Proses pengasapan dinilai lebih hemat waktu, tenaga, biaya dan nilai jualnya jauh lebih menguntungkan.


Nilai ekonomis dari olahan asapan lele dan nila tentunya tidak lepas dari tangan dingin beberapa pihak. Seperti pemerintah kabupaten Malang melalui Dinas Perikanan yang aktif mendorong pengembangan budidaya ikan secara mandiri oleh masyarakat. Juga dukungan dari PT. Astra International Tbk yang turut memacu tumbuhnya kesadaran berdikari dari masyarakat Kabupaten Malang, khususnya warga Desa Sananrejo Kecamatan Turen. Desa ini merupakan salah satu dari Desa Sejahtera Astra (DSA) yang terkenal akan potensi olahan asapan ikan lele dan nila. 


Desa Sananrejo punya lahan budidaya ikan nila masyarakat dengan total luas sekitar 1.4 hektar dan menghasilkan 5 ribu ton per tahun. Budidaya ikan lele di sana pun produksinya tak kalah, karena tidak membutuhkan banyak air dan lebih mudah proses budidaya. Terlebih air di Kabupaten Malang bagus sehingga ikan yang dihasilkan saat dikonsumsi tidak berbau tanah, jadi lebih disukai konsumen. Itulah mengapa sekitar 25% warga Desa Sananrejo bermatapencaharian sebagai pembudidayaan ikan. 

Dengan pelatihan yang kerap diberikan, warga desa juga mahir mengolah daging ikan menjadi aneka jajanan dan makanan beku. Yang populer ialah olahan asapan ikan lele dan nila. Banyak warga yang sudah merintis usaha olahan ikan dan bahkan membentuk paguyuban sehingga perekonomian warga semakin membaik. Salah satu bukti kesuksesan ini adalah dengan adanya ekspor ke Eropa. 

Pada akhir 2024 lalu, sebanyak 1.500 box LCL dengan berat 260 kg kacang tunggak, ikan nila, ikan lele asap, dan ikan asin telah diekspor ke Belanda oleh PT. Bafain Haridra Indonesia, dari Jl. KH Agus Salim, Betek, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ekspor dengan nilai devisa Rp 2,5 miliar dan nilai kontrak Rp 63,2 miliar ini bahkan juga dilepas oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Budi Santoso. Beliau didampingi oleh Kepala Bea Cukai Malang yakni Gunawan Tri Wibowo, dan Bupati Malang, HM Sanusi. Diketahui bahwa keberhasilan ini ialah hasil kolaborasi dari berbagai lintas kementerian/lembaga/perseroan dalam pembinaan UMKM ekspor. Ada PT. Astra International Tbk melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) yang mendirikan Yayasan Insan Madani Sukses (IMS). DSA itu sendiri merupakan program sosial berkelanjutan dari PT. Astra International Tbk. yang bertujuan memberdayakan masyarakat di pedesaan melalui empat pilar, yaitu: pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan. Dengan tujuan utama memberdayakan masyarakat desa agar bisa mengangkat derajat kesejahteraan yanga caranya adalah mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada.


 Sumber:

Foto https://www.instagram.com/reel/CsqLWBwNKG6/

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/10/07/desa-sananrejo-gerakkan-ekonomi-melalui-ikan-lele-dan-nila-asap-hingga-tembus-pasar-dunia


Informasi:

https://timesindonesia.co.id/ekonomi/546961/produksi-capai-5-ribu-ton-pemkab-malang-bantu-benih-budidaya-ikan-nila

https://timesindonesia.co.id/ekonomi/523317/produksi-ikan-nila-terus-meningkat-kabupaten-malang-jadi-sentra-penghasil https://jatimtimes.com/baca/327813/20241219/082700/mendag-budi-santoso-lepas-ekspor-ikan-nila-asap-dan-kacang-tunggak-kabupaten-malang-ke-belanda https://tugumalang.id/warga-desa-sananrejo-estimasi-panen-105-ton-ikan-nila-di-lahan-seperempat-hektare/


#APA2025-KSB

Tuesday, 27 August 2024

Rinawati Mengembangkan Potensi Daerah bersama Alsafood

Indonesia adalah negara maritim. Dengan luas area lautan sekitar 70% maka hasil lautnya tidak perlu diragukan lagi. Salah satu daerah yang merupakan tulang punggung perikanan nasional ialah Pacitan, yang letaknya di pesisir selatan Jawa Timur. Dengan perairan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Pacitan memiliki dasar perairan berkarang nan berombak besar yang mana potensi perikanan pun begitu melimpah.


Sektor perikanan yang berpotensi besar untuk dikembangkan di Pacitan tak lepas dari geografi wilayahnya yang memiliki 12 pantai. Cukup strategis untuk pendaratan ikan yang didapat para nelayan di lautan. Ikan yang menjadi salah satu hasil utama tangkapan lautnya yaitu Ikan Tuna. Para nelayan bisa menangkap Ikan Tuna dengan total 3 hingga 5 tob per harinya. 


Tentunya banyaknya tangkapan Ikan Tuna bisa menimbulkan masalah apabila tidak segera terdistribusikan penjualannya. Ikan bisa busuk dan menurunkan harga jual. Karena itulah apabila ingin menaikan harga ekonomisnya maka perlu melakukan pengolahan ikan. Hal inilah yang dilakukan oleh Rinawati sejak tahun 2017.

Wanita kelahiran tahun 1988 nekat keluar dari tempat kerjanya dan mendirikan usaha sendiri yang dinamakan Ulam Sari Alsafood. Modal awalnya pun minim, hanya Rp 200.000,- karena sistemnya baru membuat olahan Ikan Tuna ketika sudah ada pesanan. Awalnya Rinawati menyulap Ikan Tuna mentah menjadi abon ikan tuna siap saji yang lezat. Kini usahanya yang berada di lingkungan Teleng, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan di Kabupaten Pacitan ini berkembang hingga bisa memproduksi tahu bakso, bakso, nugget, sambal, otak-otak dan juga risol yang berbahan Ikan Tuna. 


Alsafood yang didirikannya merupakan bentuk kepedulian dalam melestarikan nilai-nilai budaya nusantara utamanya di bidang kuliner, yang dikembangkan dari nilai-nilai kearifan lokal serta cita rasa dan kualitas yang patut diacungi jempol. Dengan toko yang berada di Jalan Pramuka Nomor 29 Balong, Kelurahan Sidoharjo yang hanya berjarak 500 meter sebelum Pantai Teleng Ria Pacitan, Alsafood makin dikenal sebagai pusatnya oleh-oleh makanan olahan Ikan Tuna khas Kabupaten kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudoyono ini. Meskipun usahanya sempat diterjang masalah karena pandemi, namun Rinawati terus semangat mengembangkannya hingga kini produk Alsafood dikenal dan digemari banyak kalangan. Justru karena pandemi pula, hikmahnya Alsafood yang juga menjadi mitra binaan Bank Indonesia ini bisa tumbuh pesat karena mampu menjawab persoalan cara distribusi dan penyajian khas yang tak akan dilupakan peminatnya. 

Produk Alsafood juga pernah dipesan oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia sebagai pendamping makanan bagi warga kurang mampu. Hal ini karena selain olahan abon Ikan Tuna lezat, harganya ekonomis, juga kandungan gizinya tidak main-main. Ikan Tuna mengandung Omega-3 yang berperan dalam kecerdasan otak anak-anak, pun bisa membantu menurunkan angka stunting karena kandungan folat, zat besi, dan vitamin B12 yang bisa mengatasi anemia. 


Untuk pengenalan produk ke khalayak ramai, Rinawati melakukan beragam promosi. Salah satunya dengan ikut pameran nasional dan internasional. Pemasarannya juga melalui marketplace dan sosial media, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi di masa ini. Juga dengan membuka peluang usaha untuk agen, reseller maupun distributor sehingga distribusi Alsafood bisa menyebar hingga ke pelosok negeri, bahkan hingga luar negeri. 


Rupanya kesuksesan Alsafood didukung oleh banyak hal. Salah satunya dari pemilihan ikan yang berkualitas. Dari pemilihan bahan dasar ikan tuna yang segar, sehingga kandungan gizi dan rasa khas ikan tuna tidak berubah. Dilanjutkan dengan pengolahan presisi sehingga kelembutan ikan dapat tertahan, dengan demikian tekstur Ikan Tuna yang didapatkan pun sesuai selera. 

Bahan baku rempah-rempah yang dipilih juga tidak sembarangan. Karena kuatnya rasa Ikan Tuna akan menjadi gurih dengan campuran rempah-rempah yang pas. Harmoni cita rasa yang tidak tertandingi juga diperkuat oleh proses penggorengan yang optimal sehingga rasa renyah olahan ikan tuna terjaga. Demikian pula sistem kontrol kualitas yang ketat, dan komitmen tanpa tambahan bahan kimia membuat produk Alsafood semakin digemari dan aman dikonsumsi untuk segala umur dan kalangan.


Dari segala kelebihan inilah maka tidak heran apabila Rinawati menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Award tahun 2023. Lewat kategori individu bidang kewirausahaan, bersama Alsafood semoga Rinawati dapat menularkan kesuksesannya sehingga semakin banyak masyarakat kita yang termotivasi untuk mengolah dan mengembangkan sumber daya alam di sekitar menjadi lebih bernilai ekonomis. Sebagai informasi, SATU Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra kepada anak muda di seluruh Indonesia yang bersatu membangun bangsa. Tentunya apresiasi ini juga bagi anak muda yang memberi manfaat bagi masyarakat luas melalui 5 bidang yakni Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi. 


Sumber:

https://halopacitan.com/read/lahir-saat-pandemi-abon-ikan-tuna-alsafood-kini-mulai-moncer

https://peluangnews.id/alsafood-produk-olahan-ikan-tuna-kreatif-dari-pacitan/

https://timesindonesia.co.id/news-commerce/337056/alsafood-pacitan-sentra-olahan-tuna-yang-pernah-cicipi-pameran-internasional

https://abonikan.com/produksi-abon-ikan-alsafood/

Monday, 27 November 2023

Perjalanan Panjang BRI Hingga Tumbuh Hebat dan Kuat

Bank Rakyat Indonesia atau yang lebih sering disebut BRI merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Bukan saja karena sudah ada di zaman penjajahan, usianya yang sudah 128 tahun rasanya sudah cukup menjadi bukti bahwa BRI begitu dicintai rakyat Indonesia. Selain keberpihakannya pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), berbagai inovasi dan digitalisasi BRI patut diacungi jempol sehingga memudahkan memenuhi kebutuhan kita. Tidak harus ke bank, pelayanan BRI bahkan bisa didapatkan di berbagai teras BRI dan agen BRIlink-nya. Peran BRI untuk Indonesia memang sangat terasa sejak awal berdirinya bank pemerintah ini.


Disebutkan bahwa perintisnya merupakan seorang Patih Banyumas bernama Raden Bei Aria Wijaatmadja. Pada tahun 1894, beliau menghadiri pesta khitanan seorang guru, yang di zaman itu masuk dalam golongan priayi sebab guru adalah pegawai yang bekerja di bawah pemerintah. Karena pestanya dirasa terlalu mewah untuk sekelas priayi yang pendapatannya tak terlalu besar, Raden Aria --sapaan akrabnya-- lalu bertanya pada yang punya hajat dan didapatkan fakta bahwa pesta itu merupakan hasil dari berhutang ke rentenir.


Karena kasihan, Raden Aria meminjamkan uang untuk membantu lunasi hutang sang priayi agar tidak terjerat rentenir. Kebetulan saat itu lelaki yang pandai di keuangan ini sedang mengelola uang kas masjid sebesar 4000 gulden. Beliau pun membantu para priayi lainnya. Niat baik tapi salah caranya ini diketahui oleh Asisten Residen E. Sieburgh, dan melarangnya. Sebab tidak seharusnya uang untuk keperluan masjid malah terpakai untuk lainnya. Namun dari situ lalu tercetuslah ide membuat semacam bank. 


Setahun kemudian yakni di 16 Desember 1895, berdirilah cikal bakal BRI. Namanya Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren yang berarti Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi. Tapi yang boleh meminjam uang di sini hanyalah kaum priayi, dan itupun atas persetujuan kepala desa. Karena itulah masyarakat luas lalu menyebutnya sebagai Bank Priayi.


Di perkembangan selanjutnya, yakni 3 tahun setelah itu, Bank Priayi berganti kepengurusan dan berubah namanya menjadi De Poerwokertosche Hulp, Spaar en Landbouw Credietbank. Ini artinya Bank Bantuan, Simpanan dan Kredit Usaha Tani Purwokerto. Sesuai namanya, bank ini tidak lagi khusus untuk priayi tapi sudah menunjukkan keberpihakannya kepada kaum petani yang merupakan rakyat kecil. Sebutannya menjadi Bank Rakyat.


Selain dijajah Belanda, Indonesia juga pernah ada kependudukan Jepang. Saat itulah Bank Rakyat dikuasai Jepang dan namanya diubah menjadi Syomin Ginko. Syukurlah artinya tetap Bank Rakyat. Nah setelah Jepang menyerah pada sekutu, Bank Rakyat kembali dimiliki Indonesia dan dinamai Bank Rakyat Indonesia.


Tak berhenti di situ, BRI lalu dinasionalisasi pada tahun 1968. Kemudian mengalami rekontruksi pada tahun 1992, dimana berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Inilah BRI yang kita kenal saat ini, BRI yang terus mengembangkan sayapnya untuk Indonesia nan berfokus pada pemberdayaan ekonomi rakyat.

Benar ungkapan BRI dekat di hati rakyat Indonesia sebab bank yang punya Kios BRI di tiap kelurahan ini benar-benar melayani dengan sepenuh hati. Selama lebih dari seabad, BRI tanpa kenal lelah memberikan beragam ide dan dukungan keuangan untuk kemajuan pertumbuhan UMKM. Hal ini sesuai dengan tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti tertuang dalam UU No.19/2003 tentang BUMN yakni berkontribusi mendorong ekonomi nasional dan memberikan tambahan pendapatan negara. BRI yang merupakan salah satu BUMN sudah berkontribusi positif dengan menciptakan lapangan kerja yang caranya adalah mengembangkan UMKM.


Selama 128 tahun dicintai rakyat Indonesia, BRI menjadi bank terbesar di Indonesia dengan aset mencapai Rp1.994,02 triliun. Jumlah nasabahnya yang ada lebih dari 100 juta nasabah juga bisa menikmati aneka layanan BRI yang hebat dan kuat di lebih dari 9000 jaringan kantornya.  Bahkan menyabet penghargaan Sustainable Finance Awards 2023. Ini merupakan penghargaan kepada perusahaan yang berhasil mempertahankan, dan mengembangkan pembiayaan berkelanjutan mereka sepanjang tahun 2022, sebagai bukti BRI mengedepankan penerapan keuangan berkelanjutan.

Sesuai tema di usia 128 tahun yang Hebat dan Kuat, BRI berkomitmen terus mendukung pendanaan dan pendampingan untuk segmen UMKM, serta ultra mikro. Untuk membuka akses pendanaan, BRI bahkan sampai melakukan Holding Ultra Mikro bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Hasilnya ada lebih dari 36 juta nasabah pinjaman dan 162 juta nasabah simpanan mikro yang terintegrasi. Dengan luasnya jangkauan BRI maka mampu memperdalam layanan keuangan formal dan memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan. Semoga dengan begini, ekonomi rakyat Indonesia bisa semakin baik, angka pengangguran berkurang dan kualitas hidup rakyat semakin sejahtera.




Sumber:

https://www.cnbcindonesia.com/news/20230906142804-8-469896/bri-pertegas-komitmen-dukung-umkm-ultra-mikro-di-aipf-2023

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230708170004-293-971101/prestasi-bri-mendunia-sabet-sustainable-finance-awards-2023

https://www.fokusmedia.id/nasional/amp/62110819877/128-tahun-bri-tumbuh-hebat-dan-kuat-dampingi-umkm

https://ekonomi.republika.co.id/berita/s0ik38463/dukung-aipf-2023-bri-ungkap-komitmen-majukan-ekonomi-indonesia-melalui-umkm

Saturday, 23 September 2023

Paundra Noorbaskoro sang Penggagas Budidaya Udang Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi


Indonesia merupakan negara maritim dengan perbandingan wilayah 70% berupa lautan dan 30% daratan. Dengan laut yang begitu luas, maka negara kita memiliki potensi yang cukup besar pada bidang kelautan dan perikanan. Tidak hanya memanfaatkan laut, namun sungai, danau dan juga perairan payau pun dimaksimalkan dalam menghasilkan komoditas perikanan. Salah satu komoditas yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah udang.


Menurut penelitian disebutkan bahwa komoditas udang bernilai cukup ekonomis, yakni berkisar 3,6 triliun rupiah setiap tahunnya. Hal ini membuat negara kita masuk dalam urutan tiga besar negara pengekspor udang di pasar dunia, setelah Thailand dan India. Jenis udang ada bermacam-macam. Yang paling banyak diekspor karena lebih mudah dalam membudidayakannya adalah udang vaname.


Mengenal Udang Vaname

Sebagai salah satu bahan pangan hewani, udang punya kandungan gizi yang tinggi. Selain bernilai ekonomi, dalam daging udang terkandung kalsium, potassium dan fosfor yang merupakan sumber vitamin A dan E. Udang juga kaya asam lemak omega 3 yang berfungsi mengurangi peradangan dan risiko penyakit jantung. Itulah mengapa udang menjadi lauk yang begitu digemari masyarakat kita.


Jenis Udang ada banyak sekali. Udang vaname merupakan nama lain dari udang kaki putih atau udang raja. Udang ini bisa hidup di perairan yang kadar garamnya tinggi, punya tingkat keberlangsungan hidup yang tinggi karena mampu beradaptasi dengan lingkungan bersuhu rendah, dan punya ketahanan yang baik terhadap penyakit. Udang vaname sudah bisa dipanen saat berumur kurang lebih tiga bulan. Di Indonesia, udang vaname disebut sebagai pengganti udang windu yang produksinya kini menurun akibat sering mengalami kematian massal sebagai dampak penurunan kualitas lingkungan.

Karena keunggulannya, udang vaname tidak hanya cocok dibudidayakan di tambak namun juga dapat dikembangkan dalam skala rumah tangga. Pembudidayaan udang vaname sangat menjanjikan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Pembudidayaan udang vaname skala rumah tangga dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan sisa lahan pekarangan menjadi kolam udang dari terpal. Dengan begitu, budidaya udang vaname bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.


Penggagas Budidaya Udang Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi

Adalah Paundra Noor Baskoro yang merupakan salah satu pembudidaya udang di kawasan Pantai Pidakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Tidak sekedar skala rumah tangga biasa, sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang ini bahkan menggagas budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi. Ia berhasil membudidayakan udang vaname dengan memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT). Dengan kreatifitasnya, peluang mendapatkan keuntungan jadi lebih besar dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Paundra juga menciptakan sistem bertambak miliknya yang dibakukan sebagai standar operasional prosedur (SOP). Jadi dengan memakai SOP ini maka bisa mengontrol kondisi tambak dan air dengan baik secara real time. Dibuktikan pula bahwa dengan pengelolaan tambak menggunakan sistem buatannya membuat hasil panen udang vaname begitu melimpah. Tidak hanya soal keuntungan materiil, sensor kualitas air laut untuk petani udang juga tidak luput dari perhatiannya.


Awalnya Paundra dikenal sebagai pencetus startup Growpal yang merupakan platform digital untuk crowdfunding atau crowdsourcing (urunan dana) dengan fokus bisnis produk perikanan, terutama udang. Lewat startup yang dikembangkan pada akhir 2016 ini, pemilik modal dapat berinteraksi dengan pemilik lahan, petambak, dan juga pembeli hasil panennya.  Hal ini tentu jadi jauh lebih efisien dibandingkan harus datang ke lokasi untuk survei dan menanamkan modal di bidang perikanan. Ternyata disamping projek tersebut, Paundra pun melakukan riset tambak udangdikarenakan warga sekitar rumahnya yang kebanyakan merupakan petani udang dan berujung membuahkan kreativitas seperti sekarang ini.


Sayangnya pada 2020, startup yang dibangun Paundra berhenti beroperasi karena rugi milyaran rupiah. Tak mau terus bersedih, Paundra termotivasi untuk bangkit dan menggeluti budidaya udang vaname. Ia terjun langsung menjadi petani tambak udang vaname dan memanfaatkan kolam yang ada. Secara bertahap Paundra mempelajari bertambak udang secara holistis berbekal ilmu yang dipelajarinya saat duduk di bangku kuliah.


Tidak hanya masalah racikan pakan yang kemudian menjadi SOP besutannya, Paundra juga melakukan riset air. Satu per satu air ditelitinya demi menemukan kandungan penyebab air tidak sehat bagi perkembangan hidup udang. Kualitas air tentu sangat penting. Bila kualitas air menurun maka berdampak langsung pada kesehatan udang. Jadi masalah ini harus segera ditangani.


Tentu saja risetnya ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan memakan waktu yang tidak sebentar. Hingga kemudian Paundra berhasil membangun ekosistem berbasis IoT. Melalui gadget, dibuatlah aplikasi yang terhubung dengan data-data kondisi air kolam. Tercetuslah budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi.


Melalui aplikasi buatannya, Paundra jadi bisa mengetahui perkembangan dan kesehatan udang di dalam kolam. Dengan pendataan yang rajin dilakukan maka berat udang bisa diketahui tanpa harus memanennya. Ini lebih praktis. Karena semua perawatan udang vaname lebih terencana, pun begitu ada masalah langsung ada solusinya.

Karena bisa lebih hemat dalam sisi operasional karena semua pakan dan hasil terhitung secara matematis dalam aplikasi, maka tidak heran keuntungan yang melimpah didapat. Gagasan Paundra juga disebut sebagai pendobrak tradisi lama yang biasa dilakukan para petambak tradisional. Sebab dalam tradisi lama, para petambak hanya mengandalkan intuisi untuk membudidayakan udang, seperti saat memberi pakan dan cek kondisi air. Hingga kemudian saat gagal panen, maka dianggap sebagai musibah dan belum rezeki. Hal ini tentu sangat merugikan petani tambak udang.


Paundra menyebutkan bahwa gagasannya ini ramah lingkungan karena ada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dibuatnya. Instalasi ini adalah system smart farm village dimana kolam udang terintegrasi dengan sistem IPAL, sehingga bisa mengontrol kandungan limbah supaya tidak mencemari laut. Setelah masuk ke IPAL, air limbah kolam udang lalu diendapkan selama 3 hari, di-treatment memakai bakteri pengurai hingga kemudian limbahnya bisa dilepaskan ke laut saat kandungan amonia kurang dari 0,1 ppm.


Bila langsung membuang limbah ke laut tanpa pengelolaan seperti yang dilakukan Paundra maka laut akan tercemar. Hal ini menimbulkan dampak pada keberlangsungan tambak, karena air yang akan digunakan untuk budidaya jadi tidak sehat. Tentu saja ini berakibat pada kesehatan udang dan bisa menyebabkan gagal panen. Karenanya Paundra gencar mengkampanyekan agar para petambak udang di wilayahnya membangun IPAL sebagai pengelola limbah sebelum dibuang ke laut agar budidaya udang bisa berkelanjutan.


SATU Indonesia Award

Usaha berkelanjutan Paundra tidak sia-sia. Atas inovasi budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi, Paundra mendapat apresiasi dari PT Astra International Tbk. Ia menjadi salah satu finalis SATU Indonesia Awards 2022 di sektor teknologi. Selain itu, ajang 13th SATU Indonesia Awards 2022 juga memberikan apresiasi bagi mereka yang berkontribusi positif bagi bangsa dan masyarakat dalam bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, serta satu kategori kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.


Keenam penerima apresiasi dari PT Astra International Tbk merupakan hasil penyaringan dari total 13.459 peserta yang mendaftar 13th SATU Indonesia Awards 2022. Diharapkan melalui SATU Indonesia Awards, generasi muda terus semangat bergerak dan tumbuh bersama dalam memberikan dampak positif pada pembangunan di daerahnya. Terlebih pemuda pemudi Indonesia memegang peranan penting dalam mempercepat pembangunan negara ini.


Sumber:

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/09/09/paundra-noor-baskoro-penggagas-teknologi-sensor-kualitas-air

https://www.indonesiana.id/read/165227/pengembangan-tambak-udang-dengan-internet-of-things-ala-paundra-baskoro

https://jatim.solopos.com/kisah-paundra-rintis-budidaya-udang-berbasis-iot-lebih-cuan-ramah-lingkungan-1512408/amp

Tuesday, 15 January 2019

Alasan Kenapa Harus Menjual Mobil Bekas di Caroline-Id.com





Lagi nyari tempat jual beli mobil bekas murah dengan sistem online? coba aja jual mobil anda di Caroline-id.com, kenapa juga harus di caroline? Kan masih banyak tempat dan situs jual beli mobil bekas yang bagus. tapi inilah alasan kenapa anda harus menjual mobil bekas di Caroline-id.com.

Monday, 14 January 2019

Keunggulan GoPro Hero 7 yang Bikin Kalian Pengen Beli



Sekarang zamannya jepret-upload. Tidak hanya berupa foto, namun juga terekam di video dan membagikannya lewat sosial media. Seolah sebagai eksistensi diri bahwa inilah aku dan hidupku. Pun kode ke gebetan, "Apa kita punya hobi yang sama? Aku di sini sedang melakukan ini. Kamu bagaimana di sana?"