Wednesday 3 July 2013

Askep Abses Hati

Pendahuluan
            Abses hati masih merupakan masalah kesehatan dan masalah social di negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi yang tinggi sangat  erat hubungannya dengan  sanitasi lingkungan yang jelek, status ekonomi ang rendah, serta status gizi yang buruk. Abses hati amebik lebih sering terjadi secara endemic bila dibandingkan dengan  abses hati piogenik, kedua jenis penyakit inpeksi ini penyebabnya  adalah karena inpeksi bakteri, parasit, dan jamur. Terdapatnya kasus  abses hati di perkotaan disebabkan oleh karena  meningkatnya arus urbanisasi ke daerah perkotaan.
            Angka kejadian  di berbagai rumah sakit di Indonesia masih tinggi 5-15 % pasien pertahun, sedangkan selama lima hari penulis praktik  di ruang irna laki I RSUD dr Soetomo  terdapat tiga pasien,untuk ituk perlu mendapat perhatian dan perawatan yang serius.

A. Abses Hati Piogenik
            Abses hati piogenik dahulu  lebih banyak terjadi  melalui infeksi porta terutama pada  usia remaja, sekunder terhadap eradanagan apendiksitis , tapi sekarang justru banyak terjadi  sekunder  terhadap obstruksi dan infeksi saluran empedu terutama pada kelompok usia lanjit. Disamping itu peningkatan disebabkan oleh  imunosupresi, pemakaian kemoterapi intensip sehingga mempermudah infeksi oleh organisme opotunistik

Etiologi dan Patogenesis
            Abseshati piogenik dapat terjadi  melalui infeksi yang berasal dari :
1.      V. porta yaitu infeksi pelvis  atau gastrointestinal, dapat menyebabkan pielflebitis porta atau embolik septic
2.      Saluran empedu merupakan sumber infeksi ang paling sering . Kolangitis septic dapat menybabkan  penyubatan saluran empedu, seperti juga batu empedu, kanker, striktura saluaran empdu ataupun anomaly saluran empedu congenital.
3.      Infeksi langsung seperti luka penetrasi , focus septic berdekatan  seperti abses perinefrik, kecelakaan lalu linyas.
4.      Septisemia atau bakteriemia akibat infeksi di tempat lain
5.      Kriptogenik tanpa factor redisposisi yang jelas , terutama pada lanjut usia.

Bakteriologi
            Infeksi terutama disebabkan oleh  kuman gram negative dan penyeba ang terbanyak adalah  E. Coli, S. Faecalliis, P. Vulgaris, salmonella typhi, dapat juga disebabkan oleh  bakteri anaerob seperti bakteroides, aerobakteria, aktinomises dan sterp. Anaerob. Untuk penentuan kuma peneab ang pasti perlu dilakuka  biakan darah, pus, emprdu dan swab secara aerob  maupun anaerob

                                                        
Patologi
            Abses hati piogenik  dapat mengenai kedua lobus hati 523,2 %  dan lobus kanan saja 41, % sedang lobus kiri saja 4, % dan umumnya multiple. Selain pembenukan abses  dapat terjadi peradngan  perihepatitis  ataupun perlengketan . Jika disertai pielflebitis, V. porta  dan cabangnya dapat mengandung  pus dan bekuan darah  dan bila pentebaran melalui duktus  biliaris  akan terdapat beberapa pokus  yang berhubungan dengan system billier.
            Secara histologis didapatkan nekrosis sentral, dikelilingi infiltrate leukosit  dan limfisit yang massif dan sebelah luarnya terdapat froliferasi fibroplastik yang membentuk dinding jaringan ikat.     

B. Amebiasis Hati
            Masih merupakan  masalah yang perlu mendapat perhatian , terutama didaerah yang banyak didapatkan  strain virulen Entamoeba histolytica  yang tinggi dan  dimana keadaan sanitasi burtuk , status social ekonomi rendah serta status gizi yang kurang baik. Penyakit ini tidak hanya mengenai daerah tropic  atau sub-tropik saja tapi  juga hamper mengenai seluruh dunia.

Epidemiologi
            Hampir 10 % penduduk dunia  terutama di negara berkembamng  terinfeksi E. hitolytica, tapi hanya sepersepuluh (10%)  yang memperlihatkan gejala . Insiden Amebiasis hati  di beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 5-15 pasien pertahun, sedang selama penulis praktek yang hanya 5 hari saja  jumlah penderita yang dirawat 3 kasus.
            Individu yang mudah terinfeksi adalah  penduduk didaerah endemic, wisatawan kedaerah endemis atau para homoseksual. Penelitian  epidemiology di Indonesia menunjukkan perbandingan pri dengan wanit berkisar 3:1 sampai 22 :1,  penularan pada um,umnya melalui jalur oral fekal , kebanyakan amebiasis hati yang terjangkit adalah  pria, 2,3 – 8,5 lebih sering dari wanita, usia yang terjangkit antara 20 – 50  tahun terutama dewasa muda dan sangat jarang pada anak.

Etiologi
            Didapatkan beberapa species  ameba yang dapat hidup sebagai parasit non pathogen dalam mulut dan usus, tetapi hanya  E.hitolytica yang dapat menyebabkan penyakit . Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi  E. hitolytica  yang memberi gejala amebiasis invasive , sehingga diduga ada dua jenis  E. histolytica  yaitu strain pathogen dan non pathogen . Bervariasinya  virulensi  bebbagai strain E hitolytica  ini berbeda berdasarkan  kemampuannya menimbulkan lesi  pada hati.
            Siklus hidup E histolytica  dapat dibagi atas dua bentuk  yaitu trofozoit dan kista .
Trofozoit adalah  bentuk motil yang biasanya  hidup komensal didalam usus , dapat bermultiplikasi  dengan cara membelah diri  menjadi dua atau menjadi kista. Tumbuh dalam keadaan anaerob  dan perlu hanya bakteri  atau jaringan untuk kebutuhan  zat gizinya



Patogenesis
          Patogensis hati belum dapat diketahui  secara pasti  ada beberapa mekanisme yang telah dikemukakan antara lain : factor virulensi parasit yang menghasilakn toksin, ketidakseimbangan nutrisi, factor resistensi parasit, immunosupresi penjamu, berubah ubahnya antigen  permukaan  dan penurunan imunitas  sel mediated.

Secara singkat dapat dikemukakan 2 mekanisme :
  1. Strain E. hitolytica  ada yang pathogen non pathogen
  2. Secara genetic  dapat menyebabkan invasi  tapi tergantung pada interaksi  yang komplek antara  parasit dengan lingkungan  saluran cerna terutama  pada flora bakteri.

Mekanisme  Terjadinya Amebiasis Hati
  1. Penempelan E. histolytica  pada mucus usus
  2. Pengrusakan sawar intestinal
  3. Lisis sel epitel  intestinal serta sel radang . terjadi supresi sel imun med\iated yang disebabkan enzim  atau toksin parasit, juga karena penyakit TBC,  malnutrisi dan keganasan dll.
  4. Penyebaran ameba ke hati. Penyebaran kehati sebagian besar melalui v. porta . Terjadi focus akumulasi  neutrofil periportal  yang disertai nekrosis  dan infiltrasi granuloma tosa . Lwsi membesar , bersatu dan granuloma  diganti dengan jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul  tipis seperti jairang fibrosa .  Amebiasis ini dapat terjadi  berbulan bahkan bertahun tahun setelah terjadi amebiasis  intestinal  dan sekitar 50 % amebiasis hati terjadi tanpa didahului riwayat disentri amebiasis.


Patologi
          Berdasarkan abses amebiasis  hati bervariasi  dari yang kecil sampai yang besar (5 lter) yang isinya berupa  bahan nekrotik seperti  keju berwarna kecoklatan , kehijauan, kekuningan atau keabuan.  Jumlah abses dapat tunggal atau multiple  tapi pada mumnya tunggal , Shaikh et al 1989 mendaptkan abses  tunggal 85 % 2 abses 6 % dan abse  multiple 8 %.pada umumnya di lobus kanan. Di Indonesia didapatkan abses lobus kanan 87-87,5%  , lobus kiri 6,2 – 6,7% sedangkan pada lobus kanan dan kiri 4,3- 6,2%.


Gambaran klinis
            Gejala klinis yangklasik pada  ambiases hati dapat berupa demam, nyeri perutkanan atas, hepatomegali, yang nyei spontan  atau nyeri tekan  ata disertai gejala komplikasi . kdang gejala tidak khas  da timbul élan pelan atau asimtomatis.





DASAR DATA PENGKAJIAN KLIEN
Ativitas/Istirahat
Gejala :  Kelemahan, kelelahan, malaise,
Imsomnia, tida tidur semalaman, merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas berhubungan efek kerja penyakit.
Sirkulasi          Tanda: takikardi ( respon dmam,dehidrasi, pross implamasi dan nyeri)
                        Tensi hipotensi, termasuk postural
Kulit membrane mukosa : turgor jelek, kering,lida pecahpecah dehidrasi, malnutrisi
Integritas ego Gejala: ansietas, ketakutan emosi kesal mis.perasaan tak berdaya tak ada
                        Harapan. Faktor stress akut/kronis mis. Hub dnga keluarga/pkerjaan pngo
                        Batan yang mahal.
                        Tanda : menolak perhatian menyempit, deprsi
Eliminasi         Gejala : tekstur veses bervariasi dari bntuk lunak sampai bau yang berair
                        Episode diare berlendir kadang berdarah tak dapat diperkirakan hilang
                        Timbul sering tak dapat dikontrol.
                        Tanda : menurunnya bising usus, bab kadang mencret, bak pekat
Makanan/cairan Gejala : anoreksia, mual muntah, penurunan barat badab, tidak toleran
                        Trhada diet/sensitive mis susu, lemak buah segar
                        Tanda: penurunanlemak subkutan/masa otot, membrane mukosa pucat
                        Bahkan sampai uka, imflamasi ronga mulut.
Hygiene           Tanda : ketidakmampuan meprtaankan perawatan diri, stomatitis mennjuk
                        Kan kekuranganvit , bau badan
Nyeri/kenyamanan Gejala: Nyeri/Nyeri tekan pada kadran kananatas
                        Tanda nyeri tekan ,terdapat pembsaran hepar
Keamanan       Gejala: riwaya sakit  disentri, TBC, keganasan dll
                        Tanda: alergi terhadap makanan yang banak mengandung lemak
Seksualitas      Frekunsi mnurun/menghindri aktivitas sek
Intraksi social  masalah hubngan /peran sehubunga dngan kondisi
                        Ketidakmampua akti dalam social
Penyuluhan /pembljaran : kbersihan lingkngan , daerah endmik

Rencana perawatan dan pemulangan : bantuan denganprogram diet, program obat dan dukunfan psikologis.

No comments:

Post a Comment