Pendahuluan
Masa remaja adalah suatu masa
transisi antara masa anak – anak dan dewasa, masa dimana terjadi perubahan - perubahan
fisik, mental dan psikologis secara drastis. Karena perubahan –
perubahan seperti inilah masa remaja sering disebut sebagai suatu masa
kritis. Bunuh diri merupakan suatu masalah yang sering dialami. Selama tahun 1950 sampai
dengan 1988 rata – rata bunuh diri pada remaja yaitu usia antara 15 dan 19
tahun (Attempt suicide, 1991). Menurut Leahey dan Wrigth, 1987 menyatakan bahwa
pada usia remaja bunuh diri merupakan
penyebab kematian kedua dimana motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri
yaitu 51 % masalah dengan orang tua, 30 % dengan lawan jenis, 30 % masalah
sekolah dan 16 % masalah dengan saudara.
Keluarga sering menjadi sorotan
utama bila remaja bermasalah. Kenyataan
ini tidak bisa dipungkiri karena remaja itu sendiri merupakan bagian
dari keluarga. Peran kelurga dalam membina dan mengatasi masalah remaja amatlah diperlukan.
Perawatan kesehatan pada remaja
sebagai bagian dari perawatan kesehatan keluarga, juga merupakan suatu upaya dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh remaja . Pendekatan pada keluarga, diharapkan mampu untuk
mengenal masalah – masalah yang terjadi pada keluarga khususnya masalah yang
terjadi pada remaja, sehingga
permasalahan yang ada dapat diatas secara efektif.
Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena remaja berada dalam keadaan stress yang tinggi dan menggunakan
koping yang maladaptive. Selain itu bunuh diri merupakan tindakan merusak
integritas diri atau mengakhiri kehidupan. Oleh karena itu perawat memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang
dapat mencegah terjadinya bunuh diri dengan memberikan informasi kepada
keluarga.
A. Konsep Dasar
1.
Pengertian
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat
mengahiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat.
Selama tahun 1950 sampai dengan 1988 rata – rata bunuh diri pada remaja
yaitu usia antara 15 dan 19 tahun (Attempt suicide, 1991).
Menurut
Budi Anna Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri
dan dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons maladaptive.
Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
2.
Pembagian.
Umumnya dibagi atas 3 yaitu berpikir bunuh diri (suicide
ideation), membuat bunuh diri (gesture), dan mencoba bunuh diri (attempt).
Ideation yaitu berpikir tentang atau merencanakan untuk membunuh diri. Gesture
yaitu dilakukan tanpa sikap yang nyata yang menyebabkan luka serius atau
kematian tetapi kemudian mengirim isyarat bahwa sesuatu telah terjadi.
Sedangkan attempt adalah bermaksud terjadinya luka atau kematian. Ada juga yang mengkategorikan sebagai
impulsive act, paracide, dan subintentional death.
3.
Etiology.
Remaja sering dikarakteristikan dengan turmoil (suka membuat
rusuh), emosional dan mood yang bervariasi. Dengan kemampuan untuk memecahkan
masalah yang terbatas maka kadang – kadang remaja sulit memecahkan masalahnya
terutama situasi yang mengancam dan membuatnya terpukul, seperti kematian
teman, orang tua atau saudaranya. Selain itu faktor biologi, psikologi dan sosiologi juga mempengaruhi.
Keluarga yang dalam keadaan krisis bisa
menjadi bunuh diri pada anak remajanya bila merasa overhelmed karena krisis dan
tak mampu untuk mengembalikan keseimbangan keluarganya. Faktor resiko lain adalah pada remaja dengan
depresi, ketergantungan obat dan alkoholisme serta psikosis.
Menurut Hafen dan Frandsen, 1985 menyatakan bahwa penyebab
bunuh diri pada remaja adalah (Budi Anna Keliat, 1991, hal. 6). :
1. Hubungan
interpersonal yang tidak bermakna.
2. Sulit
mempertahankan hubungan interpersonal.
3. Pelarian
dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
4. Perasaan
tidak dimengerti orang lain.
5. Kehilangan
orang yang dicintai.
6. Keadaan
fisik.
7. Masalah
dengan orang tua.
8. Masalah
seksual.
9. Depresi.
Banyak pendapat lain tentang penyebab atau alasan bunuh diri
(faktor resiko) yaitu kegagalan untuk
beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi karena
kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti,
perasaan marah atau bermusuhan, cara untuk mengakhiri keputusasaan dan tangisan
minta tolong.
4.
Metode bunuh diri.
Pada remaja umumnya
over dosis obat, melukai pergelangan tangan pada perempuan sedangkan
pada laki – laki menggunakan pisau, senjata dan automobil. Selain itu ada juga
yang lompat dari ketinggian atau kereta
api.
5. Manifestasi
klinik bunuh diri pada remaja.
a. Mood/affek
Depresi yangpersisten, merasa
hopelessness, helplessness, isolation, sedih, merasa jauh dari orang lain, afek
datar, sering mendengar atau melihat bunyi yang sedih dan unhappy, membenci
diri sendiri, merasa dihina, sering menampilkan
sesuatu yang tidak adekuat di sekolah, mengharapkan untuk dihukum.
b. Perilaku/behavior.
Perubahan pada penampilan fisik,
kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan,
gangguan tidur, sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit, perilaku
antisocial : menolak untuk minum, menggunakan obat – obatan, berkelahi, lari
dari rumah.
c. Sekolah
dan hubungan interpersonal.
Menolak untuk ke sekolah, bolos
dari sekolah, withdraw sosial teman –
temannya, kegiatan – kegiatan sekolah dan hanya interest pada hal – hal yang
menyenangkan, kekurangan system pendukung
sosial yang efektif.
d. Ketrampilan
koping.
Kehilangan batas realita, menarik
dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai
orang yang secara total tidak berdaya.
B. Asuhan keperawatan.
1.
Pengkajian.
a.
Data dan data identifikasi.
1.
Nama keluarga
2.
Alamat dan nomor telepon
3.
Komposisi keluarga
4.
Tipe bentuk keluarga
5.
Latar belakang kebudayaan : Amerika, Jepang,
Indonesia : Jawa, Bali, Madura dll.
6.
Identifikasi religi
7.
Status kelas keluarga
8.
Aktifitas-aktifitas rekreasi atau aktifitas
waktu luang
b.
Tahap perkembangan dan riwayat keluarga
v Tahap
perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak remaja.
v Jangkauan
pencapaian tahap perkembangan
v Riwayat
keluarga inti :
riwayat
bunuh diri pada anggota keluarga lain sering ditemukan.
v Riwayat
keluarga orang tua
c.
Data lingkungan
o
Karakteristik rumah
o
Karakteristik-karakteristik dari lingkungan
sekitar rumah dan komunitas yang lebih besar : taat kepada kelompok sosial,
individualistis
o
Mobilitas geografi keluarga.
o
Asosiasi-asosiasi dan transaksi-transaksi
keluarga dengan komunitas
o Jaringan
dukungan sosial keluarga : kurang mengadakan hubungan interpersonal dengan
lingkungan sosialnya, kepatuhan terhadap kelompok sosial (norma sosial), tidak
berintegrasi dengan masyarakat karena perbedaan kebudayaan.
d.
Struktur keluarga
Pola-pola
komunikasi
§
Jangkauan komunikasi fungsional dan
disfungsional : hubungan interpersonal yang kurang, perasaan tidak
dimengerti oleh anggota keluarga lain, masalah dengan orang tua.
- Jangkauan
dari pesan afektif dan bagaimana diungkapkan.
§
Karekteristik komunikasi dalam sub sistem-sub
sistem keluarga : remaja dianggap anak kecil, tidak dipercaya dan cenderung
merusak serta pertentangan dengan
anggota lain.
§
Tipe-tipe proses komunikasi disfungsional yang
ditemukan dalam keluarga : komunikasi
terbuka kurang.
- Bidang-bidang
komunikasi tertutup.
§
Variabel-variabel keluarga dan eksternal yang
mempengaruhi komunikasi : orang tua dengan kesibukan sendiri sehingga remaja
kurang mendapat perhatian dan kesempatan untuk herkomunikasi dengan orang tua.
Struktur kekuasaan
·
Hasil-hasil dari kekuasaan : orang tua yang
terlalu otoriter menyebabkan remaja mengalami depresi.
·
Proses pengambilan keputusan : tidak diberi
kesempatan untuk mengambil keputusan tentang dirinya sendiri.
·
Dasar-dasar kekuasaan.
·
Variabel-variabel yang mempengaruhi kekuasaan : sosial,
budaya.
·
Seluruh kekuasaan keluarga : ada di tangan
orang tua.
Struktur peran
a.
Struktur peran formal :
Ayah :
kurang berperan sebagai suami dari istri dan anak –anak berperanan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
Ibu : kurang berperan sebagai istri dan ibu dari
anak – anaknya, sebagai pengasuh dan pendidik, serta pelindung bagi anaknya.
Anak
:remaja tidak mampu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental sosial dan spiritual
b. Struktur
peran informal
c. Analisis
model-model peran.
d. Variabel
struktur peran yang mempengaruhi.
Nilai-nilai keluarga
- Bandingkan
keluarga dengan orang Amerika/nilai-nilai kelompok referensi keluarga dan
atau mengidentifikasi nilai-nilai penting keluarga dan pentingnya
(prioritas) dalam keluarga.
- Kongruensi
antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai subsistem keluarga juga
kelompok referensi dan atau komunitas yan lebih luas.
- Variabel-variabel
yang mempengaruhi nilai-nilai keluarga.Apakah nilai-nilai ini dipegang
teguh oleh keluarga secara sadar maupun secara tidak sadar.
e.
Fungsi – fungsi keluarga
1. Fungsi
afektif
¨
Kebutuhan-kebutuhan keluarga.
Remaja : depresi
yang persisten, sedih, remote, afek yang datar, harapan yang ditolak, merasa
putus asa, isolasi, tidak membuat pekerjaan sekolah, senang mendengar atau
melihat suara yang sedih dan tidak bahagia.
¨
Mutual Nurturance, keakraban dan identifikasi.
¨
Diagram kedekatan dalam keluarga sangat membantu
dalam hal ini.
¨
Perpisahan dan kekerabatan.
2. Fungsi
sosialisasi
Remaja :
tidak mau pergi ke sekolah, menarik diri dari teman – temannya, kegiatan sekolah,
tidak interest terhadap yang menyenangkan
di sekolah.
¨
Praktik-praktik pengasuhan anak dalam keluarga.
¨
Kemampuan adaptasi praktik-praktik pengasuhan
anak untuk bentuk keluarga dan situasi dari keluarga.
¨
Fungsi perawatan kesehatan
§ Keyakinan
kesehatan, nilai-nilai dan perilaku
keluarga.
§ Definisi
sehat-sakit dari keluarga dan tingkat pengetahuan mereka.
§ Status
kesehatan yang diketahui keluarga dan kerentanan terhadap sakit.
§ Praktik-praktik
diit keluarga, adekuasi diit keluarga.
§ Fungsi
jam makanan dan sikap terhadap makanan dan jam makan.
§ Praktik-praktik
berbelanja (dan perencanaannya)
§ Individu-individu
yang bertanggungjawab terhadap perencanaan berbelanja dan menyiapkan makanan.
§ Kebiasaan
tidur dan istirahat : gangguan tidur, sulit untuk tidur, atau bisa tidur yang
berlebihan tidur sebentar saja yaitu pada sore atau malam hari.
§ Latihan
dan praktik-praktik rekreasi.
§ Kebiasaan
menggunakan obat-obat keluarga : antidepresan, aspirin, asetaminofen, solvent.
§ Peran
keluarga dalam praktik-praktik perawatan diri.
§ Praktik-praktik
lingkungan keluarga. Cara-cara preventif berdasarkan medis(uji
fisik,mata,pendengaran dan imunisasi)
§ Praktik-praktik
kesehatan gigi.
Riwayat kesehatan
keluarga (baik penyakit umum maupun khusus yang berhubungan dengan lingkungan
maupun genetika).
§ Layanan
kesehatan yanng diterima. Perasaan dan persepsi mengenai layanan kesehatan.
Layanan perawatan kesehatan darurat. Layanan kesehatan gigi. Sumber pembiayaan
medis dan gigi. Logistik perawatan yang diperoleh.
f.
Koping keluarga
q
Stressor-stressor keluarga jangka panjang dan
pendek : keuangan, lingkungan sosial, keterbatasan dalam kemampuan untuk
memecahkan masalah, krisis ekonomi, disintegrasi anggota keluarga, masalah
kesehatan, penyakit psikiatrik.
q Kemampuan
keluarga untk merespon, berdasarkan penilaian obyektif terhadap situasi-situasi
yan menimbulkan stress : hopelessness, powerlessness, isolation.
q Penggunaan
strategi-strategi koping (sekarang/yang lalu).
·
Perbedaan cara koping keluarga :
konstruktf atau destruktif
·
Strategi-strategi coping internal keluarga :
kehilangan batas realita, menarik diri dan mengisolaisikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai ketidakberdayaan, dan
merupakan takdir.
·
Strategi-strategi coping eksternal keluarga : tidak
menggunakan support system.
Analisa data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan tipologi masalah
kesehatan,yang terdiri dari 3 kelompok sifat masalah kesehatan (Freeman).
1. Ancaman
kesehatan (Health Treats)
Merupakan suatu kondisi atau
situasi yang dapat menimbulkan kecelakaan atau tidak mengenal potensi
kesehatan,yaitu :
·
Besar/jumlah keluarga hubungannya dengan sumber
daya keluarga.
·
Stress.
·
Kebiasaan personal.
·
Karakteristik personal.
·
Riwayat kesehatan : anggota keluarga yang
membunuh diri.
·
Peran.
2. Defisit
kesehatan
Merupakan suatu keadaan gagal
mempertahankan kesehatan termasuk:
·
Keadaan sakit yang belum/sudah terdiagnosa.
·
Kegagalan tumbuh kembang secara normal.
·
Gangguan kepribadian.
3. Krisis
Adalah saat-saat keadaan menuntut
terlampau banyak dari individu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun dalam
hal sumber daya mereka,meliputi :
·
Perkawinan.
·
Kehamilan, persalinan, masa nifas.
·
Menjadi orang tua.
Diagnosa Keperawatan Keluarga
1.
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah bunuh diri
pada remaja sehubungan dengan kurangnya
informasi mengenai tanda dan gejala dini perilaku bunuh diri
2.
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan terhadap masalah percobaan bunuh diri pada remaja sehubungan
dengan tidak mengerti mengani sifat, berat dan luasnya masalah bunuh diri.
3. Ketidakmampuan
keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarga dengan perilaku bunuh diri sehubungan dengan adanya
konflik anggota keluarga, perbedaan sikap/pandangan hidup, perilaku
mementingkan diri sendiri, tidak mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Ketidakmampuan
keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan untuk menghindari terjadinya bunuh
diri sehubungan dengan krisis ekonomi, ketidak mampuan memecahkan masalah,
konflik personal/psikologis, sikap atau pandangan hidup, ketidakkompakan
keluarga.
5.
Ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah bunuh diri sehubungan dengan kurang percaya
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan, pengalaman yang kurang baik
dari petugas kesehatan, tidak terjangkaunya fasilitas yang diperlukan, tidak
ada atau kurangnya sumber daya keluarga.
Daftar Pustaka.
1.
Maglaya dan Bailon, 1997, “Perawatan Kesehatan
Keluarga ; Suatu Proses”, Pusdiknakes Depkes RI, Jakarta.
2.
Maramis, W.F, 1994, “Ilmu Kedokteran Jiwa”,
Airlangga University Press, Surabaya
3.
Wong L. Donna, 1993, “Essentials of Pediatric
Nursing”, 4th, Mosby Year Book, Toronto.
4.
Effendy, Nasrul, Drs., 1995 “Perawatan Kesehatan
Masyarakat”, EGC, Jakarta.
5.
Keliat, A.B, 1991, “Tingkah Laku Bunuh Dirí,
Arcan, Jakarta.
No comments:
Post a Comment