GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi
tentang sesuatu stimulus eksternal, tanpa adanya suatu sumber stimulus dari
dunia luar dan dapat terjadi pada gangguan organik, mental psikosik, sindroma
putus obat dan gangguan afektif ( Stuart & Sundeen, 1998)
Distorsi persepsi yang muncul
dari pancaindra, persepsi palsu, dengan tidak ada stimulus eksternal dalam
kondisi terjaga (Moller, 2005)
Gangguan penerimaan panca indera
tanpa adanya sumber rangsang eksternal (Keliat, 2006)
B. PATOFISIOLOGI
1. Etiologi
a. Predisposisi
1. Biologis
Gangguan
perkembangan dan fungsi otak dan susunan saraf pusat dapat menimbulkan
abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologik yang maladaptif yang baru
mulai dipahami termaksuk hal-hal berikut:
1).
Penelitian penalaran sudah mulai menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia pada area temporal dan limbik paling berhubungan
dengan perilaku psikososial.
2). Beberapa
kimia otak dikaitakan dengan skizofrenia.
2. Psikologis
Teori
psikodinamika untuk terjadinya respon neurologik yang maladaptif belum didukung
oleh penelitian.
3. Sosial budaya
3. Sosial budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap
aktivitas skizofrenia dan gangguan psikolik lain tetapi tidak diyakini sebagai penyebab
utama gangguan.
b. Presipitasi
b. Presipitasi
Menjadi faktor stimulus yang menjadi mencetus
terjadinya halusinasi pada klien misalnya dari segi kesehatan , lingkunagn dan
sikap atau perilaku.
a. Gerakan yang berkaitan dengan perilaku
b. Respon neurologik maladaptif
menimbulkan perilaku yang aneh, tidak enak dipandang, membinggungkan dan tampak
tidak dikenal dengan orang lain.
c. Mekanisme koping
d. Perilaku yang mewakili upaya yang
melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan yang berhubungan dengan
respon neurologik yang menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi
yang tertinggal untuk aktivitas sehari-hari.
e. Proyeksi sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan persepsi
f. Menarik diri
2. Tanda
dan gejala
a. Berbicara atau tertawa sendiri
b. Bersikap seperti mendengar
sesuatu
c. Berhenti berbicara
ditengah-tengah kalimat untuk mendengar sesuatu
d. Disorientasi
e. Konsentrasi rendah
f. Pikiran cepat berubah
g. Kekacauan alur piker
h. Respon yang tideak sesuai
3. Proses terjadi dan perjalanan GSP : Halusinasi
3. Proses terjadi dan perjalanan GSP : Halusinasi
Fase pertama: Comforting
Nonpsikotik,
ansietas sedang, halusinasi menyenangkan Klien mengalami stres, cemas, perasaan
perpisahan, kesepian yang memuncak dan tidak disesuaikan. Klien mulai melamun
dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Perilaku: meringis, tertawa sendiri,
komat-kamit, pergerakan mata cepat, respons verbal lambat, jika ditanya asyik
dengan sesuatu, diam
Fase kedua: Condemning
Fase kedua: Condemning
Psikotik
ringan, ansietas berat, halusinasi repulsif Kecemasan meningkat, melamun dan berpikir
sendiri menjadi koping yang dominan, mulai merasakan ada bisikan yang tidak
jelas. Biasanya perasaan ini tidak ingin diketahui orang lain dan masih dapat mengendalikannya.
Perilaku: peningkatan gejala SSO ansietas seperti HR ↑, RR ↑, TD ↑, rentang perhatian <<<, asyik dengan sensorik, kehilangan kemampuan membedakan realitas
Perilaku: peningkatan gejala SSO ansietas seperti HR ↑, RR ↑, TD ↑, rentang perhatian <<<, asyik dengan sensorik, kehilangan kemampuan membedakan realitas
Fase ketiga: Controlling
psikotik,
ansietas berat, halusinasi omnipoten Bisikan, suara-suara, bayangan-bayangan,
perubahan sensorik lain jika ada semakin menonjol. Halusinasi menguasai dan
mengendalikan klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasi Perilaku: perintah halusinasi diikuti, kesulitan berhubungan dengan
orang lain, rentang perhatian detik/menit, gejala fisik ansietas berat:
berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti perintah
Fase keempat:
Conquering
psikotik berat, ansietas panik, berbaur dengan waham
Isi halusinasi berubah menjadi memerintah dan memarahi klien, klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kendali dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkungannya Perilaku: perilaku teror, panik, bunuh dir/membunuh, kekerasan, agitasi, MD atau kataton, tidak berespons pada perintah kompleks, tidak bisa lebih dari 1 orang
( Menurut Mary C. Townsend, 1998 hal: 156-157).
psikotik berat, ansietas panik, berbaur dengan waham
Isi halusinasi berubah menjadi memerintah dan memarahi klien, klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kendali dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkungannya Perilaku: perilaku teror, panik, bunuh dir/membunuh, kekerasan, agitasi, MD atau kataton, tidak berespons pada perintah kompleks, tidak bisa lebih dari 1 orang
( Menurut Mary C. Townsend, 1998 hal: 156-157).
4. Rentang Respon Neurobiologi
Rentang
respons neurobiologis
RESPONS
ADAPTIF RESPONS MALADAPTIF
Pikiran logis
Pikiran menyimpang kelainan pikiran
Persepsi
akurat Ilusi Halusinasi
Emosi
konsisten dengan pengalaman Emosi berlebihan ketidakteraturan
Perilaku
sesuai perilaku ganjil Isolasi social
Hubungan yang
harmonis Menarik diri
5. Penatalaksaan
5. Penatalaksaan
a.
Farmakoterapi
Diazepam
(valium)ü
Indikasi :
ansietas psikoneurosis
Aturan pakai : dosis tunggal 5
atau 10 mg akan mengatasi gejala ansietas akut dalam 1 jam, dosis teratur
2-20mg/hari.
Haloperidol (Haldol, Serenace)ü
Indikasi : Mania, skizofrenia
Aturan Pakai : dosis 5-10 mg IM dapat diulangi tiap 2 s/d 4 jam. Dosis oral bervariasi 5-20mg/hari.
Efek Samping : efek ekstrapiramidal
Indikasi : Mania, skizofrenia
Aturan Pakai : dosis 5-10 mg IM dapat diulangi tiap 2 s/d 4 jam. Dosis oral bervariasi 5-20mg/hari.
Efek Samping : efek ekstrapiramidal
C.KALISIFIKASI
GSP : HALUSINASI
- Halusinasi pendengaran (akustik, auditorik)n
Mendengar suara-suara atau bunyi yang tidak ada di lingkungan tetapi proyeksi dari pemikiran atau perasaan dari dalam diri. - Halusinasi penglihatan (visual)n
Melihat seseorang, obyek, atau binatang yang tidak ada dalam lingkungan - Halusinasi penghidu/penciuman (olfaktorius)nMencium bau yang tidak ada dalam lingkungan
- Halusinasi pengecapan (gustatorik)n
Sensasi rasa yang tidak ada stimulus pada kenyataannya - Halusinasi perabaan (taktil)n
Merasakan sensasi asing dimana tidak ada objek eksternal untuk menstimulasi perasaan tersebut. Biasa terjadi pada delirium tremen
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal
dan dasar utama dari proses keperwatan, pengelompokan data pada kesehatan
pengkajian jiwa .
a. Predisposisi
a. Predisposisi
1. Biologis
2. Psikologis
3. Sosial budaya
b. Presipitasi
Pohon masalah
Risiko Perilaku Kekerasan
Gangguan Persepsi Sensorik:
Halusinasi…
Isolasi Sosial
B . Diagnosa keperawatan
GANGGUAN PERSEPSI SENSORIK:
HALUSINASI……
Pendengarann
Penglihatann
Perabaann
Penciumann
Pengecapann
C.Perencanaan
Pendengarann
Penglihatann
Perabaann
Penciumann
Pengecapann
C.Perencanaan
Tujuan Umum:
Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus I (TUK I): Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rencana Tindakan :
Tujuan Khusus I (TUK I): Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rencana Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbaln
Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalann
Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukain
Buat kontrak yang jelasn
Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksin
Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanyan
Beri perhatian pada klien, perhatikan kebutuhan dasar klienn
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klienn
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klienn
TUK II: Klien
dapat mengenal halusinasi
Rencana Tindakan :
Rencana Tindakan :
- Adakan kontak sering dan singkat secara bertahapn
- Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinyan (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika menemukan klien yang sedang berhalusinasi:
- Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)q
- Jika
klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminyaq
Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut namunq perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi) - Katakan bahwa perawat akan membantu klienq
Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tantang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien:n - Isi, waktu, dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore atau malam atau sering dan kadang-kadang)q
- Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasiq
TUK III: Klien
dapat mengendalikan halusinasinya
Rencana Tindakan :
Rencana Tindakan :
·
Identifikasi
bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
marah, menyibukkan diri, dll)n
·
Diskusikan cara yang digunakan klienn
·
Jika cara yang digunakan adaptif beri pujiann
·
Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan
kerugian cara tersebutn
TUK IV: Klien
mendapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasinya
Rencana Tindakan :
Rencana Tindakan :
·
Buat
kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik)n
·
Diskusikan
dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga/kunjungan rumah)n
Pengertian halusinasin
Tanda dan gejala halusinasin
Proses terjadinya halusinasin
Pengertian halusinasin
Tanda dan gejala halusinasin
Proses terjadinya halusinasin
TUK V: Klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik
Rencana Tindakan :
Rencana Tindakan :
·
Diskusikan
dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minumn obat, nama,warna, dosis, cara, efek
terapi dan efek samping penggunaan obat
·
Pantau klien saat pengguinaan obatn
·
Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan
benarn
·
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dengan doktern
·
Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
dokter/perawat jika hal-hal yang tidakk diinginkann
d. PELAKSANAAN
PASIEN
SP I
• Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
• Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
• Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
• Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
• Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
• Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
• Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
• Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
PASIEN
SP I
• Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
• Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
• Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
• Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
• Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
• Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
• Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
• Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP II
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
• Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
• Mengevaluasi jadwal kegaiatan harian pasien
• Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
e. Evaluasi
Hubungan saling percaya terbinan
Klien dapat mengenal halusinasin
Klien dapat mengendalikan halusinasin
Klien dapat memanfaatkan dukungan keluarga dalam mengatasi halusinasin
Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinya.n
DAFTAR PUSTAKA
Kaliat B. A. 1998. Proses keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maryam R. Siti, S.Kp dkk. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Hierarki Maslaw dan Penerapan dalam keperawatan, Edisi I. Jakarta: EGC.
Suliswati, S.Kp, M. Kes dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatn Jiwa. Jakarta: EGC.
Maryam R. Siti, S.Kp dkk. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Hierarki Maslaw dan Penerapan dalam keperawatan, Edisi I. Jakarta: EGC.
Suliswati, S.Kp, M. Kes dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatn Jiwa. Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment