1. Pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini maka
perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan
fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan
khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu
yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)
Kemarahan adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman
(Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab
adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah
tidak diperbolehkan. Oleh
karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996
: “Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan
yang harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau
pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada
waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang
respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
(Stuart dan Sundeen, 1995).
2.Penyebab
Menurut Stearen kemarahan adalah
kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit
hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan
yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang
tidak terpenuhi.
·
Frustasi, sesorang yang
mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak
mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang
lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
·
Hilangnya harga diri ;
pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa
rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan
sebagainya.Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.
3. Rentang respons marah
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam
rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan
sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).
·
Assertif adalah
mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa
merendahkan harga diri orang lain.
·
Frustasi adalah respons
yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami
sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
·
Pasif adalah respons
dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
·
Agresif merupakan
perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang
agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa
setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain
·
Mengamuk adalah rasa
marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan
ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
4. Tanda dan Gejala
·
Muka merah
·
Pandangan tajam
·
Otot tegang
·
Nada suara tinggi
·
Berdebat dan sering
pula tampak klien memaksakan kehendak
·
Memukul jika tidak
senang
5. Akibat
dari Perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan
dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
6. Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan
bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress
dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Berikut ini digambarkan proses
kemarahan :(Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996)
·
Melihat
gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara
yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara
ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah
destruktif.
·
Dengan
melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara
ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri
dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan
ngamuk.
7. Gejala marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada
yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu
bahasa.Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam
keadaan marah diantaranya adalah ;
·
Perubahan
fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat,
pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar
meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
·
Perubahan
emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak
tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
·
Perubahan
perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk,
nada suara keras dan kasar.
8. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku
kekerasan antara lain :
·
Menyerang atau
menghindar (fight of flight)
·
Pada keadaan ini respon
fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi
epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah,
pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran
urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta
ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku
dan disertai reflek yang cepat.
·
Menyatakan secara
asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara
fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
·
Memberontak (acting
out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat
konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
·
Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan
kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
9. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya
yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart
dan Sundeen, 1998 hal 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari
rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang
dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998,
hal 83)
·
Sublimasi
: Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
·
Proyeksi
: Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
·
Represi
: Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.
Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
·
Reaksi
formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
·
Displacement
: Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.
B. Konsep dasar asuhan
keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu :
Pengkajian, perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang
masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan
professional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara
pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan, ide
pendekatan yang dimiliki, karakteristik sistimatis, bertujuan, interaksi,
dinamis dan ilmiah.
Proses keperawatan klien marah adalah sebagai
berikut : (Keliat, dkk, 1996)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan
langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan perumusan masalah
atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
.Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan
system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama
dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa
tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu
didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual
sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa
percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain
sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi
hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan
rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa
perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai
berikut :
Aspek fisik
terdiri dari :muka merah, pandangan tajam,
napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan
darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek
sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
Klasifiaksi data
Data yang didapat pada pengumpulan
data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data
subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga.
Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan
data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi klien dan dengan
memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari
masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa
keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan
“Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
tentang respons aktual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan sebagai proses kehidupan”. (Carpenito, 1995). Adapun
kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
·
Risiko mencederai diri
sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
·
Perilaku kekerasan
berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Rencana tindakan
keperawatan/intervensi
Perencanaan tindakan keperawatan
adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan intervensi yang
tepat.
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4.Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
5.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6.Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
7.Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
8.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9.Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4.Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
5.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6.Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
7.Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
8.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9.Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya.
Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk
mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
3. Bantu untuk mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel / kesal
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.
4. Anjurkan klien mengungkapkan dilema
dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang konstruktif pula.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang konstruktif pula.
5. Observasi tanda perilaku kekerasan
pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi.
Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi.
Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
6. Anjurkan klien untuk mengungkapkan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
7. Bantu klien bermain peran sesuai
dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
8. Bicarakan dengan
klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
8. Bicarakan akibat /
kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
9. Bersama klien menyimpulkan akibat
dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.
10. Tanyakan pada klien “apakah ia ingin
mempelajari cara baru yang sehat”.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.
11.
Berikan pujian jika
klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.
12.
Diskusikan dengan klien
cara lain yang sehat.
a.Secara fisik : tarik
nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga.
b.Secara verbal : katakan bahwa anda
sering jengkel / kesal.
c.Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
c.Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
d.Secara spiritual :
anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.
13.
Bantu klien memilih
cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
14.
Bantu klien
mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
15.
Bantu klien untuk
menstimulasikan cara tersebut.
Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.
Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.
16.
Beri
reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
17.
Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
18.
Identifikasi kemampuan
keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga
terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.
19.
Jelaskan peran serta
keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien.
20.
Jelaskan cara-cara
merawat klien.
Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.
Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.
Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
21.
Bantu keluarga mengenal
penyebab marah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.
22.
Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.
Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.
23.
Bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.
Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.
24.
Jelaskan pada klien dan
keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ, haloperidol,
Artame.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.
25.
Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.
Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.
Perilaku
kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain :
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain :
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan :
1.
Bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2.
Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
3.
Setiap
bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam hidupnya.
Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam hidupnya.
4.
Utamakan
memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
5.
Diskusikan
dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.
6.
Diskusikan
kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
7.
Berikan
pujian.
Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.
Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.
8.
Minta
klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.
Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.
9.
Bantu
klien melakukannya jika perlu beri contoh.
Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
10. Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.
Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.
11. Diskusikan jadwal kegiatan harian
atas kegiatan yang telah dilatih.
Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.
Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.
12. Beri kesempatan pada klien untuk
mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.
Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.
13. Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
14. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
dirumah.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
15. Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.
16. Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien dirawat.
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan harga diri rendah.
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan harga diri rendah.
17. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan
di rumah.
Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.
Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.
No comments:
Post a Comment