Friday 21 June 2013

CVA Bleeding


DEFINISI
Gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan aleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (beberapa detik) atau secara cepat (beberapa jam) timbul gejala dan tanda  yang sesuai dengan daerah fokal diotak yang terganggu (Djunaedi W, 1992).
Menurut Hudak dan Gallo dalam bukunya perawatan kritis CVA hemoragik  memulai awitan yang mendadak  dan berlangsung 24 jam sebagai akibat cerebrovaskuler desease.

ANATOMI DAN FISIOLOGIS OTAK
      Otak adalah organ tubuh yang kecil, akan tetapi memegang peranan penting, sehingga alat tubuh ini perlu dilindungi dengan kokoh dan disimpan dalam tempurung kepala yang keras.
Didalam otak terdapat berjuta-juta sel otak yang terdiri dari neuron dan glia. Tranmisi informasi dalam sel-sel  neuron berbentuk impuls listrik. Sel-sel neuron berhubungan melalui celah tipis yang disebut sinap. Jika impuls berlanhsung dalam suatu neuron, sel neuron tersebut akan melepaskan neurotransmiter ke dalam celah sinap. Neurotransmiter ini dapat merangsang atau menghambat impuls dalam sel-sel neuron yang dihubungi.
     Lapisan luar otak (korteks) mempunyai peran yg sangat canggih, mulai dari mengontrol gerakan, pemrosesan indra, berpikir, berbahasa, merencanakan, mengingat, emosi dan fungsi kognitif lainnya. Terdapat dua belahan (hemisfer) otak kiri dan kanan.Masing – masing hemisfer terdiri dari lobus frontalis, paretalis, temporalis, oksipitalis dan bagian-bagian otak lainnya. Kedua belahan otak tersebut dihubungkan oleh korpus kolosum, yaitu  sekumpulan serabut-serabut saraf yang menyampaikan informasi timbal balik antara kedua hemisfer otak.
Sel-sel motorik dilobus frontalis mengontrol gerakan-gerakan volunter dari otot-otot tubuh secara menyilang.Jika lobus frontalis kanan mengalami kerusakan, maka dapat terjadi kelumpuhan (hemiplegi) pada sisi kiri, dan sebaliknya.Di lobus frontalis terdapat pula pusat bahasa ekspresif dan fungsi intelektual.Gangguan pada pusat ini mengakibatkan seseorang kesulitan mengespresikan maksud atau keinginannya dengan menggunakan bahasa (afasia motorik), serta mengalami gangguan fungsi intelektual.
Sel-sel somatosensorik dilobus parietalis menerima dan memproses sinyal-sinyal sensorik (perasa) dari sisi tubuh kontralateral.Gangguan fungsi otak lobus parietalis kanan dapat mengakibatkan seseorang merasa kesemutan (parestesia), rasa tebal (hiperstesia), hilang rasa atau gangguan-gangguan sensorik lainnya pada sisi tubuh sebelah kiri.Begitu pula sebaliknnya.
Sel-sel neuron kortek auditorik dilobus temporalis menerima dan memproses sinyal-sinyal pendengaran dari telinga.Sedangkan daerah proyeksi olfaktorik berhubungan dengan fungsi penghidu.Selain itu di lobus temporalis terdapat pula pusat bahasa perseptif. Gangguan pada pusat bahasa ini dapat mengakibatkan seseorang tidak bisa memahami pembicaraan orang lain ( afasia sensoris ).
Sel-sel korteks visual di lobus oksipitalis menerima dan memproses sinyal-sinyal peglihatan dari retina mata.Lesi di lobus oksipitalis mengakibatkan seseorang kehilangan separo lapang pandangan.
Otak mendapat darah dari 2 (dua) pembuluh darah besar: karotis ( sirkulasi anterior) dan vertebra ( sirkulasi posterior ). Otak akan berfungsi dengan baik bila peredaran darahke otak berlangsung baik, sehingga O2 dan glokosa sebagai sumber energi otak tetap terjamin.
Dua ( 2 ) pembuluh darah besar pada otak tersebut membentuk anastomose pada dasar otak yaitu sirkulasi willisi ( area dimana percabangan  arteri basiler dan koratis internal bersatu ). Hampir 20% dari volume darah dalam tubuh berada di otak dan otak menggunakan seperlima dari O2 yang dihirup melaui paru-paru.

PATOFISIOLOGI  
Ada dua bentuk CVA bleeding:
1.      Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2.      Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM.Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat.Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral.Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid.Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-lain).

Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 %  dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

1.         Dampak masalah
a.         Pada individu
1)       Gangguan perfusi jaringan otak
          Akibat adanya sumbatan pembuluh darah otak, perdarahan otak, vasospasme serebral, edema otak
2)       Gangguan mobilitas fisik
           Terjadi karena adanya kelemahan, kelumpuhan dan menurunnya persepsi / kognitif
3)       Gangguan komunikasi verbal
           Akibat menurunnya/ terhambatnya sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kelemahan otot wajah
4)       Gangguan nutrisi
         Akibat adanya kesulitan menelan, kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, nafsu makan yang menurun
5)       Gangguan eliminasi uri dan alvi
            Dapat terjadi akibat klien tidak sadar, dehidrasi, imobilisasi dan hilangnya kontrol miksi
6)       Ketidakmampuan perawatan diri
Akibat adanya kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kehilangan koordinasi / kontrol otot, menurunnya persepsi kognitif.
7)       Gangguan psikologis
           Dapat berupa ketakutan, perasaan tidak berdaya dan putus asa.emosi labil, mudah marah, kehilangan kontrol diri,
8)       Gangguan penglihatan
Dapat terjadi karena penurunan ketajaman penglihatan dan gangguan lapang pandang.
b.         Pada keluarga
1)       Terjadi kecemasan
2)       Masalah biaya
3)       Gangguan dalam pekerjaan
1)       Pemeriksaan fisik
a)      Keadaan umum
(1)   Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
(2)   Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
(3)   Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b)      Pemeriksaan integumen
(1)   Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
(2)   Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
(3)   Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c)      Pemeriksaan kepala dan leher
(1)   Kepala : bentuk normocephalik
(2)   Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
(3)   Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d)      Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e)      Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f)       Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
                Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g)      Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h)      Pemeriksaan neurologi
(1)         Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
(2)         Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
(3)         Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
(4)         Pemeriksaan refleks
       Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999)
2)       Pemeriksaan penunjang
a)Pemeriksaan radiologi
(1)         CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993)
(2)         MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000)
(3)         Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998)
(4)         Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke. (Jusuf Misbach, 1999)
b)      Pemeriksaan laboratorium
(1)         Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998)
(2)         Pemeriksaan darah rutin
(3)         Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
(4)         Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)

          Adapun diagnosa yang mungkin muncul adalah :
4)      Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)
5)      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995)
6)      Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)
7)      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak (Donna D. Ignativicius, 1995)
8)      Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
9)      Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan ( Barbara Engram, 1998)
10)  Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi (Donna D. Ignativicius, 1995)
11)  Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara Engram, 1998)
12)  Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)
Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Donna D. Ignatavicius, 1995).

Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
a              Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
1)         Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
2)         Kriteria hasil :
-          Klien tidak gelisah
-          Tidak ada keluhan nyeri kepala
-          GCS  456
-          Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)
3)         Rencana tindakan
a)          Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
b)         Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
c)          Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
d)         Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan  letak jantung (beri bantal tipis)
e)          Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
f)          Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
g)          Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
4)         Rasional
a)          Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
b)         Untuk mencegah perdarahan ulang
c)          Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
d)         Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
e)          Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
f)          Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya
g)          Memperbaiki sel yang masih viabel.

b             Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
1)            Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
2)            Kriteria hasil
-          Tidak terjadi kontraktur sendi
-          Bertambahnya kekuatan otot
-          Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
3)            Rencana tindakan
a)      Ubah posisi klien tiap 2 jam
b)      Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c)      Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
d)      Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
e)      Tinggikan kepala dan tangan
f)       Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
4)            Rasional
a)      Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
b)      Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
c)      Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan.

c              Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori
1)            Tujuan :
Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.
2)            Kriteria hasil :
-          Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
-          Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
-          Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori
3)            Rencana tindakan
a)      Tentukan kondisi patologis klien
b)      Kaji kesadaran sensori, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian
c)      Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.
d)      Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang normal
e)      Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan seperti stimulasi sensorik pada daerah yang sakit, latihan yang membawa area yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk merawata sisi yang sakit.
f)       Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.
g)      Lakukan validasi terhadap persepsi klien
4)            Rasional
a)      Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan
b)      Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.
c)      Melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah yang terpengaruh.
d)      Meningkatkan keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.
e)      Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.
f)       Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebih.
g)      Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.

d             Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
1)               Tujuan
Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
2)               Kriteria hasil
-       Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
-       Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat
3)               Rencana tindakan
a)         Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat
b)        Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
c)         Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”
d)        Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien
e)         Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
f)         Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara
4)            Rasional
a)         Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien
b)        Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
c)         Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi
d)        Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
e)         Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi
f)         Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar.

e              Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
1)         Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
2)         Kriteria hasil
-          Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
-               Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
3)         Rencana tindakan
a)         Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
b)        Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh
c)         Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
d)        Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
e)         Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
4)            Rasional 
a)      Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
b)      Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
c)      Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
d)      Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
e)      Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus.

f              Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
1)      Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi
2)      Kriteria hasil
-    Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
-    Hb dan albumin dalam batas normal
3)      Rencana tindakan
a)      Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
b)      Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
c)      Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
d)      Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
e)      Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
f)       Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air
g)      Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
h)      Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
i)        Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang  
4)      Rasional 
a)Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
b)            Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
c)Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
d)            Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
e)Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
f)             Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
g)Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
h)            Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
i)              Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.

g              Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
1)      Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
2)      Kriteria hasil
-          Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
-          Konsistensi feses lunak
-          Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
-          Bising usus normal ( 7-12  kali per menit )
3)      Rencana tindakan
a)      Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
b)      Auskultasi bising usus
c)      Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat
d)      Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
e)      Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
f)       Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
4)      Rasional  
a)      Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
b)      Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
c)      Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
d)      Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
e)      Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik
f)       Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.

h             Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
1)      Tujuan
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
2)      Kriteria hasil
- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
3)      Rencana tindakan
a)      Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
b)      Rubah posisi tiap 2 jam
c)      Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
d)      Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
e)      Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
f)       Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
4)      Rasional 
a)      Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
b)      Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
c)      Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
d)      Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
e)      Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
f)       Mempertahankan keutuhan kulit.

i               Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi
1)      Tujuan :
Jalan nafas tetap efektif.
2)      Kriteria hasil :
-             Klien tidak sesak nafas
-             Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan
-             Tidak retraksi otot bantu pernafasan
-             Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
3)      Rencana tindakan :
a)            Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat ketidakefektifan jalan nafas
b)            Rubah posisi tiap 2 jam sekali
c)            Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)
d)            Observasi pola dan frekuensi nafas
e)            Auskultasi suara nafas
f)             Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien
4)      Rasional :
a)            Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b)            Perubahan posisi dapat melepaskan sekret dari saluran pernafasan
c)            Air yang cukup dapat mengencerkan sekret
d)            Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas
e)            Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas
f)             Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru.

j               Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
1)      Tujuan :
Klien mampu mengontrol eliminasi urinya
2)      Kriteria hasil :
-             Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia
-             Tidak ada distensi bladder
3)      Rencana tindakan :
a)            Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering
b)            Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
c)            Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal)
d)            Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal yang telah direncanakan
e)            Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)
4)      Rasional :
a)            Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang berlebih
b)            Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah enuresis
c)            Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih
d)            Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga memerlukan untuk lebih sering berkemih
e)            Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.

A.  Etiologi
1.    Enurisma yang pecah (ruptura arteria serebri).
2.    Malformasi arteriovenosa.

B.   Faktor pendukung terjadinya stroke (bleeding)
1.    Tekanan darah tinggi.
2.    Klien yang mendapat pengobatan anti koagulantia.

C.   Pathofisiologi
Tanda/ gejala klinis sebelum terjadinya perdarahan:
-   Ketegangan occipital, leher, vertigo/ syncope.
-   Pusing, gangguan motoris/ sensorik seperti kesemutan, paraestesi, paralysis.
 
-   Anoksia pada jaringan di otak 4-6‘ bersifat reversibel.
-   Anoksia pada jaringan otak > 10’ bersifat ireversibel/ permanen.
 

















(Sylvia Anderson Price, 1982)
D.  Gejala klinik
-   Sakit kepala yang hebat.
-   Wajah asimetris.
-   Tak sadar/ pingsan.
-   Bingung.
-   Lateralisasi/ hemiparese/ paraparese.
-   Gangguan bicara.

E.   Komplikasi
1.    Hidrosepalus.
2.    Disritmia.
3.    Afasia.
4.    Hemiparese/ paraparese.

F.    Pengkajian
1.    Riwayat kesehtan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya stroke,  serta bio- psiko- sosio- spiritual.
2.    Peredaradan darah
Pernah menderita penyakit jantung, denyut nadi yang tidak teratur, Polisitemia, atau riwayat tekanan darah tinggi.
3.    Eliminasi
Perubahan pola eliminasi (Anuria, inkontinensia uri), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
4.    Aktivitas/ istirahat
Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/ plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri.Menurunnya tingkat kesadaran, menurunya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
5.    Nutrisi dn cairan
Adanya riwayat menderita Diabetes Melitus, anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
6.    Persarafan
Pusing/ syncope, nyeri kepala, menurunya luas lapang pandang/ pandangan kabur, menurunya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran. 
7.    Kenyamanan
Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
8.    Pernafasan
Batuk, dyspnea, riwayat perokok.
9.    Keamanan
Memungkinkan terjadinya kecelakaan akibat dari pandangan yang kabur, penurunan sensasi rasa (panas dan dingin).
10.    Psikolgis
Tidak kooperatif, merasa tidak berdaya, tidak mempunyai harapan, perubahan pada konsep diri, dan kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya.
11.    Interaksi sosial
Kesulitan dalam melakukan komunikasi karena afasia.




No comments:

Post a Comment